Di sebuah kantin sekolah tengah ramai-ramai nya di datangi oleh para pelajar yang kelaparan. Tak terkecuali sekelompok anak yang di ketuai oleh bocah berwajah jauh dari kata manly.
"Nevan, kau gila?" Tanya Vio.
"Aku waras," Jawab nya acuh sambil memasukan garpu yang penuh gulungan mie instan pada mulut nya.
"Bagaimana jika abang mu tahu?" Kenzi ikut memperingati teman nya yang suka sekali membangkang ini.
"Kelas nya belum waktu istirahat."
Yah.. yang dikatakan nevan memang benar. Sekarang ia adalah pelajar kelas 2 SMP, sedangkan abang yang di maksud teman nya itu sudah duduk di kelas 3 SMA.
Tingkat nya memang berbeda. Tapi, sekolah mereka masih satu kawasan yang berarti sekolah mereka berdekatan.
"Tapi--"
"Shutt!"
Vio menutup mulut nya ketika nevan menaruh telunjuk di bibir yang sedang mengunyah mie yang seharusnya tidak di konsumsi.
"Kwalaw dwiam tidwak ad uhukk!"
Kenzi berdecak sambil menyodorkan kotak susu rasa vanilla. Namun dengan tidak tahu diri nya nevan malah mengambil gelas yang berisi es jeruk milik kenzi dan langsung menegak nya dengan rakus.
Mata vio dan kenzi sontak melotot melihat kelakuan sahabat kurang ngajar mereka. Tangan kenzi dengan cepat menarik gelas yang masih di tepi bibir nevan tanpa peduli sisa es jeruk itu tumpah dan membasahi seragam nevan.
"Kami kesini bukan untuk menonton mu makan dan minum sembarangan."
Nevan menatap tak percaya tubuh nya yang sudah basah. Beberapa pasang mata juga menatap ke arah meja mereka yang untung nya berada di pojokan. Tapi tidak lama para murid langsung mengalihkan tatapan mereka kembali karena sudah hafal tingkah laku tiga pertemanan yang sering dilanda perselisihan itu.
"Siapa yang menyuruh kalian untuk menonton? Pesan saja sana. Jangan melarang ku untuk makan apapun yang aku mau!"
"Kenapa singa kecil ini mengamuk lagi?"
Pertanyaan seseorang membuat atensi ketiga anak SMP itu teralihkan ke arah lelaki jangkung di ikuti satu orang berjenis kelamin yang sama.
"Mati kau nevan." Ucap dalam hati vio dan kenzi bersamaan seolah mempunyai batin yang terhubung.
Nevan sudah di landa panik. Karena tidak mau terjebak, ia mencoba mendramatisir agar lelaki berwajah minim ekspresi yang tidak lain adalah abang nya itu tidak curiga. "Abang, baju nevan basah gara-gara kenzi ceroboh dalam memegang minuman nya."
Kenzi lagi-lagi melotot. "Hei?! Itu tidak benar."
"Mengaku, lah, ken. Bang zefran benci orang yang suka berbohong."
Sudut bibir zefran sedikit terangkat mendengar ocehan adik nya. Kaki panjang itu melangkah semakin dekat pada sang adik yang masih duduk di sebuah kursi.
"Anak pintar."
Pujian dari zefran sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, nevan tersenyum dan sedikit mendongak menatap sang kaka yang berdiri tidak jauh dari nya.
Namun, senyum manis itu luntur ketika wajah zefran menunduk hampir membuat wajah mereka bertabrakan. Tangan lelaki itu mencengkram rahang nevan hingga membuat bibir tebal anak itu sedikit terbuka.
"Mulut mu bau jeruk huh? Dimana aroma susu yang biasanya menguasai goa kecil mu?"
Pandangan zefran memicing ke arah cup berisi mie yang masih mengeluarkan asap panas. "Dan milik siapa makanan tidak sehat ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NEOTEROS [END]
General Fiction[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yang berumur 14 tahun dengan tubuh pendek di tambah wajah nya yang baby face membuat banyak orang berpi...