Zefran menghentikan langkah nya ketika melihat Gerald turun dari tangga dengan tergesa-gesa. "Papa--"
"Jaga adikmu di kamar, papa akan mengecek cctv." Perintah Gerald mutlak seraya memberikan sebuah kunci.
Zefran mengangguk paham, ia kembali melanjutkan perjalanan nya yang tertunda. Sementara Ryan dan twins sibuk mengunci semua akses masuk ke dalam rumah.
"Dia nekat beraksi saat siang hari," gumam Ryan merinding. Oh ayolah, siapa yang tidak takut mendengar suara tembakan beberapa menit yang lalu. "Omong-omong dimana Gerald? Apa dia ikut bersembunyi? Payah sekali."
"Papa baru saja lewat," ucap Kevan jengah.
"Huh? Kemana?"
"Ruang monitor."
"Kenapa baru memberitahu ku, sialan!"
Kevan menatap malas ke arah teman ayah nya yang berlari tergopoh-gopoh. Mulut pemuda itu sudah terbuka ingin mengumpat, namun kalah cepat dengan gerakan Kevin yang menutup mulut nya menggunakan telapak tangan.
"Bukan saatnya untuk bertengkar."
🕸🕸🕸
"Papa.. hiks, papa buka! Nevan mau keluar!"
Si kecil tetap berusaha memukul-mukul pintu berharap ada seseorang yang membuka nya. Sesekali mengusap kasar wajah nya yang basah menggunakan lengan.
Telapak tangan yang semula berwarna putih itu kini telah berubah menjadi merah karena di paksa terus bertabrakan dengan benda keras. "Jangan kurung Nevan," lirihnya mulai putus asa.
Ketika si manis ingin kembali ke kasur tiba-tiba indra pendengaran nya menangkap suara kunci di putar. Hal itu sukses membuat si manis mengurungkan niat untuk berbaring santai.
"Papa buka!!"
Hening, apa suara tadi hanya perasaan nya saja?
Nevaniel kembali murung, berjalan gontai menjauh dari tempat asalnya berdiri.
Sementara di balik pintu kejadian tidak terduga menimpa Zefran. Remaja SMA tersebut telah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Tepat di samping tubuh Zefran terdapat dua manusia dan salah satu nya tengah memegang pot bunga berbahan keramik yang telah hancur.
"D-dia tidak mati kan? Saya tidak ingin menjadi pembunuh." Suaranya bergetar menatap nanar sosok Zefran yang berdarah di bagian kepala.
"Tiffany, kau penakut sekali."
Yang di ejek segera menatap majikan asli nya dengan ekspresi kesal. "Bagaimana kalau saya masuk penjara?"
Mengangkat bahu acuh atas pertanyaan bodoh suruhan nya. "Kau tidak akan tertangkap jika pandai berperan seolah orang baik."
Tiffany mendelik jijik. "Itu sangat licik." Ia menunduk mengambil kunci yang masih di genggam Zefran, lalu menyerahkan nya pada sang majikan. "Ini, tugas saya sudah selesai bukan?"
"Buka."
"Apa?" Tanya Tiffany heran.
"Buka pintu nya."
"Tidak," tolak nya mentah-mentah. "Saya tidak berniat melihat seorang anak dibunuh, di depan mata saya sendiri."
Tiffany sudah membantu orang itu masuk lewat pintu belakang. Dia tidak mau ikut dalam rencana pembunuhan anak Gerald. Meski ia orang yang jahat, Tiffany tetap lah wanita yang memiliki rasa simpati. Berbeda dengan orang di samping nya yang berhati iblis akibat dendam terpendam.
Lawan bicara Tiffany terdengar berdecak di balik masker nya. "Kau kira aku bisa membunuh nya kalau anak itu memberontak?"
"Itu masalahnya, bagaimana jika dia berteriak dan membuat para penghuni rumah ini datang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NEOTEROS [END]
Ficción General[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yang berumur 14 tahun dengan tubuh pendek di tambah wajah nya yang baby face membuat banyak orang berpi...