49. [ RIP ]

8.8K 795 28
                                    

Jari-jari Gerald aktif menekan keyboard di gadget milik nya. Salah satu tangan yang menganggur ia gunakan untuk menempelkan telfon pada telinga.

Sesekali senyum tipis nya terbit kala mendengar celotehan sang putra dari seberang sana. Tetap mengerjakan tugas di hari libur tentu sangat menyiksa bagi Gerald, namun semua itu sirna ketika anak-anak nya selalu memberikan support bagai charger kehidupan.

"Jangan membuat abang mu kewalahan." Gerald memberi peringatan setelah mendengar cerita Zefran tentang kejadian beberapa menit lalu.

"Nevan tidak melakukan apa-apa. Abang yang payah, pa."

"Baiklah, papa percaya. Sekarang berikan kembali ponsel nya pada bang Zefran." Gerald berusaha berbicara dengan lemah lembut agar si kecil tidak tersinggung dan salah paham.

Tidak ada jawaban dari Nevan membuat Gerald sedikit was-was.

"Papa." Suara Zefran memanggil.

"Ingat demam mu belum sepenuh nya pulih, beritahu yang lain jangan pulang terlalu sore."

Zefran menyetujui semua perintah ayah nya tanpa terkecuali. Setelah itu menutup panggilan karena Gerald ingin melanjutkan pekerjaannya.

Sedikit demi sedikit Gerald akan mencoba lebih rata dalam memberi perhatian pada semua anak-anak nya. Pria itu tidak ingin kejadian sebelumnya kembali terulang.

Ia tahu kesalahan nya yang terlalu pilih kasih. Sudah hampir 15 tahun ia berperan sebagai ayah serta ibu sekaligus ternyata belum sepenuhnya berhasil.

Sebuah notifikasi pesan membuat perhatian Gerald pada laptop nya seketika teralihkan. Ia kembali mengambil ponsel lalu menggeser layar itu untuk membaca pesan yang di kirim oleh nomor tidak di kenal.

Terdapat sebuah foto dan beberapa deret kalimat berhasil membuat wajah Gerald terlihat gusar. Kenapa kenerja kepolisian sekarang menurun drastis dan apa mereka tidak melakukan penjagaan?

Ya Tuhan, keluarga nya masih dalam masa pendekatan tapi kenapa berbagai masalah selalu menghujam.

🕸🕸🕸

"Bagian itu jangan di makan, kau ingin gigi mu tanggal?" Kevan menghela nafas jengkel saat melihat adik nya menghabiskan jagung bakar sampai menggigit tongkol nya sekaligus.

Pipi chubby hampir tumpah itu sudah kotor dengan mentega dan kulit jagung yang menghitam. Sungguh seperti orang kelaparan meski faktanya bukan seperti itu.

"Nevan mau lagi."

Kevin menggeleng tegas. "Tidak, sudah cukup."

Si kecil mencoba merayu. "Satu kali lagi, Nevan suka."

"Kita akan pulang. Kalau kebanyakan makan di sini nanti kamu tidak mau makan nasi," ucap Zefran panjang lebar.

Mendapat penolakan tentu saja membuat Nevan merengek, ia menghempaskan diri ke tanah lalu menendang nendang angin hingga celana bocah itu kotor.

Zefran menepuk jidat nya lelah. Ah, sudah pusing mengganggu pikiran di tambah tingkah Nevan yang seperti anak kecil membuat kepala nya hampir pecah.

"Bangun, kalau paman Ryan melihatmu seperti ini kau akan di suntik. Check up mu sebentar lagi kan?"

Oh iya?

Nevan segera berdiri dan menggenggam telunjuk Kevin dengan jari-jari kotor nya. "Ayo pulang."

Kevan hampir menjatuhkan rahang nya. Oh lihatlah sekarang anak itu bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Yang mengancam Zefran tapi kenapa menempel nya pada Kevin."

NEOTEROS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang