52. [ Di mulai ]

11.4K 749 81
                                        

Gerald mengambil secangkir kopi yang berada di meja lalu meminum nya dengan sekali teguk sembari mengerjakan sesuatu di gadget miliknya. Sesekali pria itu melirik ke empat putranya yang sedang bermain bola basket di halaman rumah.

Karena cuaca panas di tambah beberapa pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan membuat Gerald hanya memantau dari teras saja. Meski begitu ia merasa lega ketika melihat wajah si bungsu terlihat senang saat berhasil memasukkan bola berwarna orange ke dalam ring.

Tentunya dengan bantuan Kevin yang mengangkat tubuh bocah itu agar lebih tinggi.

Gerald sedikit khawatir melihat cahaya matahari yang menyengat bisa saja membuat mereka pusing setelahnya. Namun melihat canda tawa dari ke empat anak nya membuat Gerald mengurungkan niat untuk menyudahi permainan itu.

"KENAPA PARA MAKHLUK HIDUP YANG BERASAL DARI SPERMA INI BERMAIN DI SIANG TERIK."

"Uhukk.. Uhukk.. "

Gerald tersedak kopi saat suara melengking layaknya sirene polisi tiba-tiba mengacaukan acara kerja santai nya. Bahkan para tuyul yang berada di halaman langsung berhenti bermain dan menengok ke arah gerbang.

Nampak Ryan berlari tergesa-gesa menuju ke arah kumpulan remaja yang menatapnya aneh. "Astaga tidak takutkah jika kulit kalian akan gelap huh??"

Nevaniel terpaksa mengikuti langkah Ryan yang membawanya ke arah Gerald karena lengan anak itu di genggam erat. Sementara twins dan Zefran hanya menghela nafas pasrah saat seorang pengganggu datang. Dan sialnya, mereka tidak bisa mengusir pengganggu tersebut karena dia adalah teman ayah mereka sendiri.

"Duda! Kenapa kau membiarkan mereka bermain saat panas terik seperti ini. Apalagi dengan bola kuning--"

"Orange paman," ralat si kecil.

Ryan menatap sengit bocah badung di samping nya. "Sama saja! jangan terlalu lama beraktivitas di bawah panas matahari, itu bisa menyebabkan dehidrasi atau lebih parahnya heatstroke."

"Kami hanya bermain, bukan berjemur." Bela Zefran mulai jengah. Ia bersyukur tidak terlahir sebagai anak seorang dokter. Jika itu terjadi maka hidupnya akan penuh dengan diagnosis tidak berguna.

Dug

"Ryan apa yang kau lakukan?!" Gerald terkejut saat tangan teman nya begitu ringan melayang ke arah kepala Zefran. Menghasilkan suara pukulan yang cukup terdengar ngilu.

Tentunya si korban meringis mengusap belakang kepala nya yang terasa berdenyut. Sementara pelaku malah menampilkan wajah tak bersalah. "Orang tua berbicara jangan di jawab."

Sialan, Zefran ingin sekali membalas nya kalau tidak ada Nevan disini. "Galak sekali," gumam nya pelan.

"Paman, ayo pergi keluar."

Ryan menunduk ketika merasakan ujung baju nya di tarik. Laki-laki itu menggeleng tegas. "Tidak bisa, lebih baik masuk ke rumah. Lihat ini," ucap Ryan sambil mengangkat salah satu tangan nya yang membawa paper bag. "Ada es cream."

Wajah Nevan yang semula muram langsung berubah cerah. Ia sudah lama tidak memakan olahan susu bertekstur lembut dipadukan rasa manis tersebut.

Ryan tertawa saat Nevan berlari masuk sambil menarik lengan nya. Sedangkan sisa jantan yang di tinggalkan mendengus kesal, mereka mengikuti langkah kedua lelaki berbeda umur itu seraya mengumpat dalam hati masing-masing.

Sesampainya di ruang keluarga Ryan memerintah si kecil agar duduk manis di sofa, sementara dirinya sibuk mengeluarkan beberapa cup berukuran kecil dari dalam paper bag. "Ini khusus untuk Nevan."

NEOTEROS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang