Di sebuah meja makan terdiri enam kursi. Telah terisi empat yang diduduki para remaja laki-laki, sedangkan dua sisa nya masih kosong. Mereka tengah menunggu si pemilik rumah yang sedang memanggil orang yang belum ikut berkumpul.
"Kenapa kau tidak sekolah tadi pagi?" Tanya zefran pada dion yang sibuk perang garpu bersama darrel.
"Malas." Jawab dion tanpa menghentikan permainan nya.
Zefran menggeleng pelan, ia menoleh ke arah samping. "Jose, kau tidak ada niatan untuk pindah sekolah?"
Joseon yang tengah memainkan ponsel melirik sejenak lalu kembali pada benda pipih itu. "Ada."
"Sungguh?!"
Joseon mengangguk samar. Memang di antara mereka berempat, hanya diri nya yang tidak satu sekolah di karenakan letak rumah yang lumayan jauh. Dulu saat sekolah taman kanak-kanak rumah nya masih disekitar sini, namun akibat ada masalah di antara keluarga nya terpaksa Joseon ikut pindah.
"Kapan kau pindah? Ke sekolah yang sama dengan kami 'kan?" Dion ikut bertanya karena penasaran.
"Tidak tahu. Itu hanya niat belum tentu terjadi."
Darrel menghela nafas pelan. "Aku kira sudah mengurus surat pindah."
"Kenapa belum makan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang di ikuti ayah empat anak di belakang nya.
Dion tersenyum sambil menyapa. "Malam, dokter Ryan. Kata ibu saya tidak baik mendahului tanpa si pemilik rumah."
Pandangan zefran dan joseon mengeliling seolah mencari sesuatu.
"Mana nevaniel, pa?"
"Tertidur."
"Tapi dia belum makan."
"Nanti saja setelah--"
"PAPA PAPA POPOK NEVAN BOCOR HUAAAAA!!"
Rata-rata orang yang duduk di kursi terperanjat kaget mendengar teriakan cempreng dari sumber anak tangga. Pandangan semua pria terarah pada remaja yang turun dengan baju sebatas paha tanpa memakai celana karena kaki kurus itu bisa terlihat bebas.
Baru saja di bahas langsung muncul saja.
"Berhenti berlari, nanti jatuh." Peringat gerald geram plus panik. Bagaimana tidak, kaki bocah itu terlihat basah. Ia yakin jika itu adalah pipis nevan.
"Hiks, papa. Celana nevan kotor hiks.. tolong gan--" Langkah si kecil seketika terhenti ditempat dan tangis bombay nya tak terdengar lagi, tetapi wajah anak itu sudah basah bekas sisa air mata.
Sialan, nevan lupa jika rumah yang biasanya hanya ada papa dan abang nya sekarang kedatangan tamu tak di undang. Sudah pasti diri nya menjadi tontonan gratis.
Dengan gugup remaja berumur 14 tahun tersebut berbalik arah dan memacu kaki nya dengan cepat berniat untuk kembali ke kamar.
Dughh!
Sayang nya niat tak seindah kenyataan. Karena tidak menyadari keadaan sekitar, alhasil nevan menabrak dinding. Hal itu sukses membuat kaki nya yang basah hilang keseimbangan dan terjungkal ke belakang, hingga pantat bulat si kecil mencium mesra lantai begitu keras.
Semua orang melotot kaget dan bersamaan berdiri dari kursi masing-masing. Gerald dan Ryan mendekat paling cepat, kedua pria dewasa itu lah yang terlihat paling khawatir.
"Ryan, cek tulang ekor nya!" Seru gerald bak ibu-ibu rempong yang takut anak nya kenapa-kenapa.
"Bagaimana aku melakukan nya jika dia menempel pada lantai seperti ini!"
![](https://img.wattpad.com/cover/310116154-288-k71724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOTEROS [END]
General Fiction[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yang berumur 14 tahun dengan tubuh pendek di tambah wajah nya yang baby face membuat banyak orang berpi...