"Abang, stop."
Kevan melirik ke belakang dengan kepala sedikit menunduk. "Jalan," perintahnya kala sang adik menghentikan langkah.
Nevan menggeleng pelan dengan wajah yang sudah sembab. "Ayo pulang, jangan memberitahu papa."
"Ck, sangat tanggung." Kevan berdecak malas, lalu kembali menarik lengan kecil itu untuk kembali melanjutkan langkah.
Ketiganya memang sudah sampai di gedung tempat kerja Gerald. Saat ini saja mereka menjadi pusat perhatian, sebab Nevan yang terus saja merengek meminta pulang. Namun, kedua kakanya tidak peduli dan terus memarahi anak itu.
Nevan tidak bisa kabur, karena tangannya yang dipegang erat kevan dan di belakangnya terdapat kevin yang menjaga ketat tanpa membuka suara.
"Please jangan beritahu papa." Mohon Nevan yang kesekian kalinya sambil menarik ujung baju Kevan.
Hal tersebut membuat pemuda yang di belakang kesal lalu menggendong adiknya. Setelah itu ia langsung berjalan cepat menuju ruangan khusus milik Gerald yang sudah dekat tanpa mempedulikan sapaan ramah karyawan papanya.
"Ugh, turunkan Nevan hiks."
"Diam." Ucap Kevin memberhentikan dorongan Nevan dari tubuhnya. Tetapi bocah itu tidak mempedulikan dan terus mencoba lepas dari dekapan sang kaka. Kakinya pun ikut berayun menendang-nendang angin.
Plakk!
"Akh! Huaaaaa sakit."
"Makanya diam." Ucap kevan di belakang menatap antara kasihan dan masih kesal pada adiknya.
Nevan terisak sambil mengelus bokongnya yang baru saja di pukul keras oleh kevin yang sekarang menampilkan wajah tanpa ekspresi seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
Ceklek...
Suara pintu terbuka membuat dua pria yang sedang berbincang mengalihkan tatapannya kepada seseorang yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu. Sekretaris yang bernama henry hampir saja memarahi orang yang tidak sopan itu, tapi saat melihat wajah tiga lelaki muda yang sangat familiar ia langsung tutup mulut dan pamit undur diri.
Gerald menggeser berkas yang sebelumnya ia tanda tangani, lalu beranjak dari kursi dan berjalan mendekat ke arah tiga putranya. Seharusnya zefran yang mengantar Nevan kesini.
"Ada apa?"
Kevin tidak menjawab, ia menurunkan si bungsu dari gendongannya. Merasa sudah lepas dari rengkuhan sang kaka, Nevan segera berlari ke arah pria yang sekarang hanya memakai kemeja dengan lengan yang di singkap sampai siku.
"Hiks papa~"
Gerald semakin bingung melihat anaknya yang beruraian air mata. Bocah itu merentangkan kedua tangannya saat sudah dekat dengan sang ayah. Ia tidak peduli jika sedang merajuk pada Gerald, yang terpenting sekarang mengambil hati pria didepannya agar tidak marah besar.
"Hei, kamu kenapa?"
Kembali gerald melemparkan pertanyaan, tetapi lagi-lagi hanya di jawab tangisan Nevan yang semakin membuatnya heran. Bocah berumur 14 tahun tersebut menubruk tubuh papanya. "Gendong hiks, gendong evan."
Gerald segera membawa tubuh pendek itu pada gendongan koala. Tangannya mengelus kepala si kecil yang di tumbuh rambut lebat dengan sayang, sedangkan satunya menahan bobot tubuh si manis yang lumayan berat. Merasa tidak akan mendapat jawaban, Gerald melirik kedua anak kembarnya yang diam menatap lurus pada seonggok manusia yang sedang digendongnya.
"Kevan, Kevin, jelaskan ada apa ini?"
"Dia ikut balap liar." Ujar kevan menggebu-gebu.
"Melihat," ralat Kevin. Sangat mustahil bocah pendek seperti Nevan ikut balap liar. Kakinya saja tidak sampai memijak tanah saat naik motor, apalagi mengendarai kuda besi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NEOTEROS [END]
Ficción General[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yang berumur 14 tahun dengan tubuh pendek di tambah wajah nya yang baby face membuat banyak orang berpi...