34. [ Purpose ]

15.4K 2.1K 578
                                    

Sesampainya di rumah, zefran menurunkan Nevan dari gendongnya. "Jalan, pakai kakimu sendiri."

Nevaniel mengerjab pelan, lalu menarik ujung baju yang tengah di pakai sang kaka. "Bang zef, Nevan ingin digendong saja."

"Kau berat," jawab zefran tanpa beban. Setelah itu langsung berlalu pergi menuju kamarnya sendiri.

Bocah yang ditinggal terlihat kesal, ia menatap pintu yang sudah tertutup rapat. "Papa kenapa belum pulang?" Entah kepada siapa Nevan bertanya.

"Nevaniel, kemari!"

Mendengar nama panjangnya dipanggil, Nevan segera berlari ke sumber suara. Kaki zefran yang panjang membuat langkah pemuda itu dua kali lipat lebih banyak dari Nevan. Alhasil anak itu harus lebih ekstra mengeluarkan tenaga.

"Duduk." perintah zefran kala adiknya tiba di kamar.

Nevan segera menuruti ucapan kaka ketiganya. Ia duduk disudut kasur sambil merapatkan kaki serta kedua tangan mengepal berada di atas paha masing-masing.

Zefran berdiri di depan Nevan. Remaja 18 tahun tersebut mengumpulkan rambut Nevan menjadi satu, kemudian mengikatnya seperti gaya apple hair. "Kenapa?"

Zefran bertanya heran saat Nevaniel meringis ketika ia mengikat rambut bocah itu. Nevan menggeleng cepat dan tersenyum membuat rambutnya ikut bergoyang. Tentu ia tidak mau kalau abangnya tahu, jika Devan telah menjambak nya beberapa menit yang lalu.

Zefran tidak merespon lagi. Ia mengambil tisu, lalu membersihkan wajah serta leher Nevan yang basah akan keringat bercampur sisa air mata. Ia tidak mungkin memandikan Nevan, sebab bocah itu baru saja sembuh dari demam.

"Abang."

"Hm?" gumam zefran tanpa mengalihkan fokus dari tisu yang tengah ia gunakan.

"Papa dan yang lainnya apa masih lama?"

"Tidak tahu."

"Tapi abang bilang--"

Brukh..

Nevan terkejut saat zefran tiba-tiba mendorong bahunya, hingga mengakibatkan ia kehilangan keseimbangan dan telentang di kasur.

"Diam lah, diaper mu penuh."

Bocah itu segera menutup wajahnya yang memanas menggunakan tangan. Bukan karena demamnya kembali naik, tapi lebih ke arah rasa malu yang paling mendominasi. Itu semua karena zefran yang asal melepas celananya tanpa aba-aba terlebih dahulu.

Sementara Zefran seolah menampilkan wajah datar tak peduli. Dari mulai menurunkan celana si kecil, lalu disambung dengan popok yang ternyata belum terlalu penuh. "Bersihkan cim mu sendiri."

Nevan mengangguk patuh dan langsung berlari kecil menuju kamar mandi zefran yang kebetulan satu ruangan. Sambil mengangkat bajunya agar tak ikut kotor, Nevan terus melangkahkan kaki hingga masuk ke dalam kamar mandi.

Zefran yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan dari sang adik terkekeh samar kala melihat suatu benda kecil pontang panting kesana kemari saat si pemilik bergerak. "Kapan dia tumbuh normal."

Remaja bertubuh jangkung tersebut menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian memungut diaper bekas dan memasukkan nya ke dalam kantong plastik. Ia pergi keluar dari kamar untuk membuang sampah itu sekaligus mencuci tangan.

5 menit berlalu, Nevan keluar dengan ceceran air di kaki pendeknya. Anak itu bingung saat tak mendapati keberadaan abang ketiganya.

Tiba-tiba terdengar suara sirine ambulance membuat Nevan refleks menolehkan kepalanya ke arah balkon yang terhalang dinding kaca.

NEOTEROS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang