Jumat 16.00 pm
Aku menatap diriku di cermin berulang kali. Beberapa pelayan membantuku, ada yang menyisir rambut, memakaikan make-up, dan juga menyemprotkan parfum. Aku mulai lelah, sudah hampir sejam mereka membantuku berdandan.
"I don't wanna braid my hair." Aku menolak usulan salah satu pelayan.
"It'll be good, My Lady.." Si pelayan masih berusaha membujukku.
"Yes, My Lady You'll be the most beautiful in the banquet." Teman sang pelayan ikut membujukku.
Aku menggeleng para pelayan akhirnya mengangguk patuh. Kulihat kembali pantulan diriku di kaca. Mungkin bando mutiara akan cocok?
"I'll use this." Aku menunjuk pada bando mutiara yang terlihat elegan pada ratusan aksesoris yang dibawakan para pelayan.
"As you wish, My lady." Pelayan menunduk khidmat pada perintahku.
Akhirnya setelah hampir sejam aku dipermak, aku keluar dari kamarku. Nava dan Zhafran terlihat sudah menunggu dengan pakaian santai. Tentu saja, hari ini adalah hari dimana seluruh keluarga inti mengadakan perjamuan sebelum acara puncak pada Sabtu malam. Pada hari ini, seluruh anggota keluarga tidak boleh didampingi oleh asisten dan orang kepercayaan mereka. Bahkan seluruh menantu keluarga ini tidak diperbolehkan ikut dalam perjamuan.
"Nava, Jangan lupa selidiki soal J diam-diam. Siapa tahu lo nemuin bukti." Aku berbisik pada Nava.
"Santai, My Lady. Zhafran dan aku udah nyusun rencana. Fokus aja sama perjamuan nanti." Nava balas berbisik padaku.
Aku berjalan untuk menemui keluargaku. Papa terlihat sudah memakai pakaian formalnya, begitupun Aletris dan Mila. Keengganan terlihat di wajah kedua adikku. Aku tak banyak bertanya, sudah jelas alasannya karena tertekan. Terkadang, untuk bertemu dengan keluarga inti rasanya seperti kau akan bertarung dan siap mati di garis depan sebuah peperangan.
"Santai saja, Aletris, Mila." Papa yang tampak menyadari ketegangan keduanya menenangkan mereka.
"Sudah dicoba. Tetap saja." Aletris menarik napasnya.
"Mila santai banget, Pa... saking santainya Mila mau mati karena tegang!" Mila berkata tanpa melihat Papa, Sejak tadi, Ia terus bergerak gelisah.
Papa tidak lagi berusaha menenangkan keduanya, sebaliknya menatapku pasrah.
"Aster, Kamu nggak gugup, kan?"
Aku menggeleng dan membuat gestur oke dengan tanganku.
'Gugup apanya? Bersemangat gini.'
***
"The Liege, Adrian Rahardi has entering the room!"
"The First Lady of Rahardi, Danilla Asteria Rahardi has entering the room!"
"The Young Master of Rahardi, Aletris Raziello Rahardi has entering the room!"
"The second Lady of Rahardi, Kamelia Fildza Rahardi has entering the room!"
Suara penjaga ruangan menggema memberi tahu orang-orang dalam ruangan bahwa Kepala keluarga dan putra-putrinya memasuki ruangan. Aku berjalan di belakang Papa yang merupakan Kepala Keluarga, diikuti oleh Aletris dan Mila yang berjalan bersisian dibelakangku. Papa membuat formasi seperti ini. Sejujurnya, aku tidak begitu setuju dengan formasi ini. Sudah tentu, Papa yang merupakan Liege selalu berjalan di depan. Masalahnya adalah aku yang berjalan sendiri dibelakangnya seolah-olah Papa ingin memberitahu seluruh keluarga bahwa akulah yang akan menggantikan posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTER ✅
Teen FictionDanilla Asteria Rahardi adalah definisi sempurna. Ia memiliki teman yang baik, rupa yang luar biasa, keluarga yang menyayanginya dan harta yang melimpah. Singkatnya, ia memiliki segalanya. Namun, semua berubah ketika orang dari masa lalunya kembali...