Ceddric tak mampu menatap Remi yang meminta penjelasan. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam. Persis seperti pengecut.
"Apa anda-" Remi perlahan menarik napasnya yang tercekat. Suaranya nyaris serak karena terkejut.
"Kopinya sudah dingin, Aster. Papa mau teh saja." Gumam Papa pelan.
Aku menyenggol lengan Papa dan memelototinya. Aku sedang melihat sinetron. Kenapa menggangguku?
"Maaf mengganggu reuni kalian, tapi aku ingin kalian tahu bahwa ada musuh yang saat ini harus kita hadapi a.k.a Hansel." Papa memecah suasana dan menyeruput kopi dinginnya.
"Adrian, aku-"
"Tidak boleh. Kalau kau tidak ikut dalam pertarungan, Remi kubunuh." Papa mengangkat bahunya acuh.
Mendengarnya, Ceddric hanya dapat menarik napasnya kasar.
"Hei, Dik. Duduk. Memangnya kakimu tidak sakit?" Papa menendang sofa bundar kecil ke hadapan Remi.
Remi kemudian duduk dengan ragu.
"Aku menolak." Suara Ceddric menyapu pendengaranku.
Orang ini sebenarnya tidak tahu membaca situasi atau bagaimana? Jelas-jelas dia sedang tidak dalam posisi yang menguntungkan, Bagaimana bisa ia masih memikirkan harga dirinya?
"Ya itu pilihanmu."
Kacrak
Kacrak.Berbagai pistol diacungkan pada Remi. Refleks ia memejamkan matanya.
"Jangan tembak dia!" Teriak Ceddric.
"You know what to do." Balasku pelan yang di sambut dengan tatapan tajam Ceddric dan kekehan Papa.
"Saya mau tahu apa sebenarnya yang terjadi!"
Dalam ketegangan, suara Remi mengaung memecahkan suasana.
"Saya punya informasi. Mengenai Nalendra dan Hansel. Sebagai gantinya, saya mau tau apa yang terjadi." Ujar Remi tegas.
Oke, Itu adalah sebuah pertukaran yang adil.
Aku menyentuh lengan Papa. Papa yang mengerti menarik napasnya.
"Oke. Ceritakan saja semuanya disini."
Meskipun terlihat enggan, pada akhirnya Ceddric menarik napas dan mulai bercerita.
"Aku menikahi Insani. Awalnya karena statusnya sebagai anak presiden saat itu. Kurasa sudah bukan rahasia umum kan, kalau kami tidak saling mencintai?"
Remi menatap orang yang merupakan ayah biologisnya lamat dengan perasaan masih campur aduk.
"Itu murni hubungan bisnis. Insani tidak pernah mencintaiku, begitupun aku."
"Tapi anaknya sampai empat." Celetuk Papa yang kuhadiahi dengan tatapan tajam.
Papa menciut. "Iya, Papa diam."
"Diluar hubungan pernikahanku, aku banyak tidur dengan perempuan yang kujumpai. Salah satunya adalah Ibumu—" Ia mengacungkan jari telunjuknya pada Papa.
"Wanita gila yang melahirkanmu itu benar-benar sudah tidak waras. Ia memerasku. Membuatku nyaris gila."
"Well, Setidaknya dia menghasilkan putra tampan dan bertalenta yang mendorongmu dari posisi Liege, kan?" Papa berujar penuh percaya diri sementara Ceddric hanya mampu mendengus kesal.
"Seluruh gerakku dibatasi berkat obsesi dan kegilaan wanita itu. Aku tidak bisa menemui perempuan lain sesukaku. Suatu hari, aku bertemu dengannya, Salma. Ibumu." Ceddric memandang Remi penuh kerinduan dan rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTER ✅
Teen FictionDanilla Asteria Rahardi adalah definisi sempurna. Ia memiliki teman yang baik, rupa yang luar biasa, keluarga yang menyayanginya dan harta yang melimpah. Singkatnya, ia memiliki segalanya. Namun, semua berubah ketika orang dari masa lalunya kembali...