Remiza Riantama

40 4 0
                                    

Kenangan pertama yang tercetak kuat di ingatan Remiza Riantama adalah saat ia dimanfaatkan oleh pengelola panti asuhan untuk meminta-minta. Remi yang ditinggalkan di Panti Asuhan sejak bayi tidak punya pilihan lain. Tidak, dia bahkan tidak bisa memilih. Sejak kecil, dibanding anak-anak lainnya ia memiliki wajah paling menarik. Putih persis seperti anak-anak kaya sehingga Ibu Panti sering menyuruhnya 'meminta-minta' pada sponsor yang tak lain adalah orang kaya.

Ia masih ingat suara langkah kaki Ketua Panti asuhan yang hanya masuk ke kamarnya setahun sekali. Saat itu, ia tahu waktunya ia meminta-minta pada sponsor telah tiba. Hanya pada hari itu, dia akan dipakaikan pakaian terbaik, menjadikan mata anak-anak lain terkesiap karena iri.

"Rian, lakukan saja apa yang diinginkan tuan itu. Kalau kamu melakukannya dengan benar, akan kuberikan makanan paling enak untukmu malam ini! Kamu belum makan, kan?" Perintah Ketua panti, Ibu Yanti.

"Aku tidak mau!" Aku berseru dan menggeleng kuat.

PLAK

"DIAM DAN LAKUKAN SAJA TUGASMU DENGAN BENAR, TOLOL!"

Sakitnya tamparan Yanti tidak sebanding dengan rasa takut Remi saat ini. Sebab, dia tahu apa yang akan terjadi. Dan dia takut. Sangat takut. Ini adalah tahun ketiganya sejak melayani para sponsor dan dia masih setakut ini.

Yanti menarik tangan Remi kasar, mengacuhkan Remi yang berteriak menangis. Ini tidak adil! Dia bahkan baru berumur 5 tahun dan harus melakukan hal semenjikkan itu! Remi tidak bodoh, Ia lebih dewasa daripada anak-anak lainnya. Ia tahu apa yang akan mereka lakukan padanya.

"Tuan, saya membawakannya. Anak favorit tuanku." Yanti tersenyum dan membungkuk pada lelaki tua gendut yang menjadi sponsor mereka.

"Ho? Kamu bawa dia?" Lelaki tua itu melihat pada Remi yang berurai air mata.

"Dia bahkan terlihat lebih manis saat menangis." Ujar lelaki tua itu.

Mendengar hal ini, Remi menangis lebih keras. Ia jijik. Sangat menjijikkan!

"Ambil ini." Lelaki tua itu melemparkan koper berisi banyak uang kelantai yang segera diraih tanpa basa-basi oleh Yanti. "Pergilah!" Perintahnya.

Yanti keluar dari kamar meninggalkan Remi dengan lelaki menjijikkan tersebut.

"Bu! Aku minta maaf! Aku akan jadi anak baik! Tolong jangan tinggalkan aku!" Remi memohon sambil menggedor pintu.

"Rian... Ayo jangan menangis! Kemari! Duduk di sini!" Lelaki tua itu menjilat bibirnya penuh nafsu menatap Remi. Remi menggeleng kuat.

"Kemari!" Ia menarik tangan Remi yang memberontak.

Selanjutnya, Remi hanya bisa menangis hingga ia merasa air matanya habis.

***

Drap Drap Drap

Suara itu lagi. Ini tahun ketiga. Usianya 7 tahun saat ini. Ia telah paham saat ini.

Ia tahu tidak ada gunanya memberontak.

Karena itu, hari ini dia menyisir rambutnya rapi, menggunakan setelan yang diberikan oleh ketua panti, dan memakai wewangian.

"Oh, kamu sudah selesai ternyata."

Remi hanya mengangguk. Matanya terlihat sangat kosong.

"Tahun ini lebih cepat dari yang direncanakan. Ada salah seorang sponsor baru dan dia melihatmu. Dia lebih kaya dari Effendi."

Effendi, nama lelaki tua yang dilayani olehnya sejak umur 10 tahun adalah saudagar yang sangat kaya. Ia menguasai sektor pertambangan dalam negeri dan sekarang ada yang jauh lebih kaya darinya?

ASTER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang