Nava menatap jemu pada jam yang terus berjalan. Seharusnya pada pukul 2 siang, mereka sudah dipulangkan. Namun, entah mengapa dosen Geografi mereka menahan para murid dan terus berceloteh. Ia terus bercerita mengenai liburannya ke Padang atau malah ke Yogyakarta. Benar-benar menyebalkan.
Untuk poin ini, Nava setuju dengan Danilla. Geografi benar-benar memuakkan, Guru mereka maksudnya.
"Jadi, Nava bagaimana kalau kamu cerita pengalamanmu? Pernah liburan kemana saja?"
Seluruh pasang mata dikelas menatap Nava. Ia mengernyit. Kenapa tiba-tiba guru ini melempar pertanyaan padanya?
"London, Miss."
"London? Wah! Pergi bareng Keluarga?"
"Nggak. Bareng Danilla."
Suasana kelas kian hening. Guru Geografi mereka, Miss Indri sedikit salah tingkah dan berdehem.
"Hahaha... Oh begitu.. baiklah, saya lihat waktu sudah menunjukkan pukul 2.30 siang, kalian semua boleh pulang!"
Seluruh murid menghela napasnya lega. Akhirnya, guru Geografi menyebalkan ini menyuruh mereka pulang meski harus disinggung mengenai seorang murid bernama Danilla.
Berbanding terbalik dengan itu, Nava terlihat murung. Ia membereskan seluruh buku-bukunya dan keluar lebih dahulu. Seluruh murid hanya saling memandang dan merasa simpati.
"Kasihan Nava."
"Danilla juga. Yaampun, kejam banget."
"Iya, dia diserang sama orang nggak dikenal. Pelakunya bahkan belum ketemu. Padahal anaknya pinter, nggak suka buat aneh-aneh."
"Memang orang baik ada aja cobaannya."
Dari balik pintu, Nava yang mendengar menggelengkan kepalanya dan beranjak.
"Nil, lo bukan orang baik kayak yang mereka bicarain, tolol. Jangan Ge-er!"
"Gue rindu banget sama lo."
"Kak Nava?"
Nava menoleh kala seseorang memanggil namanya.
"Oh, Aletris?"
"Kakak mau kemana? Aku antar, ya?" Tawar Aletris.
"Oh, aku mau pulang." Nava tersenyum dan menunggu Aletris berjalan disampingnya. Keduanya berjalan bersisian sambil sesekali bercanda tawa.
"Aku kira kamu bakal main sama dua temanmu, emm.. siapa namanya?"
"Saka dan Bayu?"
"Ah! Iya! Tidak bersama mereka?"
Aletris mendesah. "Bayu lagi diospek keluarganya, Hahaha.. kalau Saka, kemarin Kobam." Ia menggaruk pipinya.
"Oh? Yaampun. Kamu nggak ikutan?" Tanya Nava sambil terkekeh pelan.
Aletris menggeleng sendu. "Nggak. Papa belum ngasih. Aku belum cukup umur. Aku juga nggak mau nambahin masalah baru buat Papa. Belakangan Papa terlihat murung. Oh, aku nggak bawa helm satu lagi. Jadi, Kak Nava bisa pakai helm aku."
Aletris menyerahkan helmnya pada Nava.
"Ah, kalau nggak ada nggak apa-apa, Al. Aku takut kamu ditilang. Aku bisa pulang naik ojol, kok." Nava menolak sopan.
"Gimana bisa? Tunggu, ya! Aku pinjem dulu ke temen. Oh! Atau aku beli. Kak Nava tunggu disini, jangan kemana-mana!"
"Aletris!" Teriakan Nava tidak digubris sebab Aletris langsung beranjak meninggalkannya untuk mencari helm. Nava hanya mendesah dan duduk di bangku sambil memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTER ✅
Teen FictionDanilla Asteria Rahardi adalah definisi sempurna. Ia memiliki teman yang baik, rupa yang luar biasa, keluarga yang menyayanginya dan harta yang melimpah. Singkatnya, ia memiliki segalanya. Namun, semua berubah ketika orang dari masa lalunya kembali...