Kesepakatan

65 5 1
                                    

"Mana Dita?" Malik bertanya menuntut padaku.

"Duduk dulu, Tuan Malik. Mari bicara." Aku menunjuk kearah sofa disebelahku.

"Dimana. Dita?" Malik menekankan pertanyaannya padaku guna mengancamku.

"UGD. Kata Dokter perlu Operasi" ujarku santai.

Malik menatap Jendra yang terluka parah. Raut wajahnya memucat.

"Seberapa parah?"

"Dokter bilang perlu operasi darurat untuk menyelamatkan bayinya. Kurasa sekarang Dokter sedang bersiap-siap menuju ruang Operasi?"

Nava dan Jendra menatapku dengan pandangan bertanya. Keduanya belum tahu detail mengenai kondisi Dita.

Malik mengepalkan tangannya kuat. Kekhawatiran terlihat jelas pada ekspresi lelaki yang merupakan tunangan Widya.

Kriing

Malik mengambil ponsel, menatap layar sebelum mengernyit.

"Angkat saja, mungkin Dokter. Aku memberikan nomormu pada Rumah Sakit sebagai wali Dita." Ujarku.

Malik segera keluar dari ruangan untuk bicara dengan Dokter sementara aku mulai menjelaskan situasi pada Nava dan Jendra.

"Kurasa akan sulit melaksanakan Operasi Dita." Gumamku.

Jendra menatapku penasaran. "Apa mungkin karena kondisinya yang sedang hamil?"

"Bukan itu."

Nava yang ikut penasaran menegakkan tubuhnya.

"Lo tau kenapa gue langsung tau kalau darah di stik golf yang dipakai Rizal untuk mukulin Dita adalah miliknya tanpa identifikasi, Nav?"

Nava menggeleng. Bingung.

"Nona Danilla"

Malik memanggilku, topeng keras di wajahnya kini hancur. Terlihat matanya yang memerah menahan tangis. Suaranya yang memanggilku bergetar berusaha menahan seluruh emosinya yang tumpah.

Malik melangkahkan kakinya hingga aku dan dirinya kini berhadapan. Perlahan, ia menjatuhkan tubuhnya. Bersimpuh di bawahku.

"Saya tahu kita ada pada sisi yang berseberangan. Tapi hanya kali ini. Saya mohon selamatkan Dita. Saya tidak bisa meminta tolong pada sekutu saya karena hal ini dapat membahayakan saya dan Dita." Ia berkata pelan sambil menundukkan kepalanya.

Aku menahan segala kepuasan yang ada di hatiku melihat ekspresi putus asa Malik.

"Tuan Malik, tolong bangkit. Saya lebih muda daripada Anda." Aku berkata palsu.

Nava yang menatapku hanya memutar matanya, membuat Jendra disebelahnya merasa bingung.

"Tolong. Saya butuh golongan darah B Negatif." Malik mengutarakan permintaannya padaku.

"Ah. Begitu rupanya." Nava menggumam. Ia tampak telah mengerti.

"Dita punya darah yang langka, B negatif." Bisiknya pada Jendra.

"Orang Asia jarang memiliki darah dengan rhesus negatif. Kebanyakan yang memiliki orang Eropa. Pantas saja para Dokter kesulitan." Jendra berbisik membalas Nava.

Aku kini tersenyum. Tak menyangka ada jalan untuk membongkar kasus ini.

"Oke, Tuan Malik." Aku bangkit dari dudukku dan melangkah ke samping bed Nava.

"Jika aku bisa membantu, apa yang akan anda berikan padaku sebagai gantinya?"

"Semuanya! Saya akan berikan segalanya! Seluruh aset saya, seluruhnya! Silahkan anda dapat mengambilnya!" Malik berkata. Kilat di matanya penuh dengan resolusi.

ASTER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang