Nalendra mendengus sebelum tertawa miris.
Adrian mengatakan hal tersebut dengan ringan.
Setelah semua yang ia lakukan.
Semua yang ia korbankan.
Keluarganya yang bangkrut.
Harus bertahan hidup dengan menjadi nomor satu diantara para sepupu bahkan saudarinya sendiri.
Pada akhirnya semuanya telah ditentukan sejak awal.
"Kau bilang hanya ingin?" Ia berbisik parau.
"Ya. Sejujurnya Nalen, kau bertanggung jawab dan kompeten. Tapi kau tidak seberani Valencia mengambil resiko, kau tidak sehebat Kenny dalam berkalkulasi, kau tidak segiat Rendra dalam menemukan peluang."
"Tadinya aku berpikir kenapa tidak memberimu kesempatan? Meskipun kau tidak memiliki kemampuan saudara-saudarimu yang lain, setidaknya kau berhati-hati tidak seperti Valencia. Kau optimis, tidak seperti Kenny yang bahkan sudah menyerah sebelum berperang dan memilih berada dibalik bayang-bayang saudaranya. Kau tahu dimana fokusmu, tidak seperti Rendra yang terus mencari peluang tanpa berhati-hati terhadap sekitarnya. Aku mulai berpikir, dengan memberikanmu sedikit pelatihan kau mungkin akan berkembang. Tidak akan sepertiku tentunya, namun Rahardi dapat bertahan dibawah kepemimpinanmu."
"Lalu kenapa?" Ia mulai mencari jawaban dibalik wajah tenang Adrian. Ia tak mengerti, kenapa dia yang jelas-jelas sudah dipilih dari awal menjadi Liege harus kalah dengan anak berusia 17 tahun yang bahkan belum lulus SMA.
Adrian menarik napas. "Dalam hidup, kadang kau harus menentukan pilihan. Bukan begitu, Pak Tua?"
Ceddric dan Remi yang telah dilepas ikatannya oleh bodyguard Adrian merotasikan bola matanya pertanda kekesalan. Namun, ia juga tak membantah Adrian. Ia setuju dengan perkataan anak haramnya ini.
"Ini tidak adil! Kenapa?!" Nalendra berteriak parau. Ekspresinya benar-benar menunjukkan kekalutan dan kekecewaan mendalam.
"Kau tahu BioGen?"
"Perusahaan farmasi yang berhasil kau beli." Gumam Ceddric.
Adrian menggeleng.
"Kau salah."
Ceddric dan Nalendra mengernyit tak mengerti.
"Aster berhasil membelinya ketika ia berusia 15 tahun."
Ceddric terperangah bersamaan dengan Nalendra yang menatap tak percaya.
"Kau kira aku adalah orang yang merancang strategi menguasai BioGen? Hahaha! Anak itu, saat itu aku iseng bertanya pendapatnya! Namun tanpa disangka, ia menyusun strategi gila yang berhasil membuat Rahardi menguasai BioGen! Perusahaan yang tak bisa kau beli selama kau menjabat menjadi Liege, Pak tua! Dia bahkan berhasil mengalahkanmu dalam performa, Nalendra!"
Adrian kembali mengenang saat-saat gila dimana putrinya berhasil membeli saham BioGen.
"Aster, Papa mau bertanya."
Danilla saat itu baru saja diterima ke SMA Pertiwi, SMA terbaik dengan kurikulum internasional dengan beasiswa prestasi secara penuh. Ia sedang bersantai setelah berhasil menggagalkan rencana Remi dan Dita.
Ditangannya, terdapat buku mengenai Bisnis dan Strategi yang belakangan sedang menarik minatnya. Salah satu sifat unik Danilla adalah mudah merasa bosan sehingga ia membutuhkan stimulan untuk mengatasi rasa bosannya. Saat itu, pilihan jatuh kepada Bisnis yang bukunya memang paling banyak terdapat di mansion sebab sang pemilik merupakan seorang pebisnis multinasional.
"Hm?" Danilla hanya berdehem tanpa menoleh.
"Rahardi akan membeli BioGen. Menurutmu Nalen akan berhasil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTER ✅
Teen FictionDanilla Asteria Rahardi adalah definisi sempurna. Ia memiliki teman yang baik, rupa yang luar biasa, keluarga yang menyayanginya dan harta yang melimpah. Singkatnya, ia memiliki segalanya. Namun, semua berubah ketika orang dari masa lalunya kembali...