Kawan atau Lawan

53 5 0
                                    

"Gue nggak nyangka." Nava menggeleng takjub. "Itu cerita yang luar biasa."

"Yah, Sejak itu Nona mengajariku hidup dengan benar. Aku menganggapnya penyelamatku. Seperti Satya yang rela melakukan apapun untuk Ceddric. Umurku sekarang 20 tahun dan aku telah melayani Nona selama 10 tahun." Ia berujar bangga.

"Ah..."

"Ceritanya belum selesai!"

"Oh? Masih ada lagi?" Nava kembali tertarik.

"Tentu."

Danilla membawa Arum ke rumah sakit yang berada dibawah Rahardi.co.  Tentu dengan cepat, berita ini menyebar. Termasuk kepada Adrian yang memiliki mata dan telinga dimana saja.

Cedera pada bahu Arum membutuhkan operasi. Setelah Arum terbangun dari bius operasinya, Adrian mendatangi kamar rawatnya. Ia terlihat marah.

"Aster! Apa yang kamu lakukan?!"

Danilla menatap Adrian tenang. Raut wajahnya terlihat bosan.

"Merekrut orang." Ujarnya datar.

"Di klub rahasia?!"

"Ya."

"Kamu tahu apa yang kamu lakukan salah!"

"Tahu, kok. Aku menyelinap. Aku akui salah."

"Dan kamu tidak merasa bersalah?"

"Ya."

Adrian menghela napasnya. Ia memijit pelipisnya menahan rasa marah yang menyeruak di dadanya.

"Bagaimana bisa kamu ada disana?"

"Bagaimana bisa Papa nggak tahu kalau beberapa pengawal pergi kesana?"

Adrian menatap putrinya dan terkesiap.

"Tidak sulit pergi kesana. Tinggal mengancam pengawal, memberi uang pada pemilik klub. Dan jadilah."

"Kamu... Kamu dihukum!"

Danilla hanya mengangkat bahunya seolah itu bukan hal yang penting.

Adrian menatap anak yang sejak tadi mendengar pertengkaran mereka.

"Kamu... Saya tidak bisa merekrut anak kecil. Pergilah. Akan saya berikan uang."

Arum kecil menggeleng. "Nona janji akan merekrutku. Aku mau makan enak setiap hari."

"Tidak. Aku membeli dia pakai uangku. Kenapa malah Papa suruh pergi." Danilla menyilangkan tangannya tak setuju.

"Saya akan memberi uang lebih banyak." Tawar Adrian pada Arum. "Kamu bisa membeli banyak makan enak dengan uang itu."

Arum kini bingung. Jika menuruti orangtua dari Nona nya, maka ia bisa membeli banyak makanan enak, namun jika dia menuruti Nona, maka dia akan dapat makanan enak, meski tidak sebanyak pilihan pertama, namun seumur hidup dia bisa makan enak!

"Tidak! Tuan bukan majikan saya. Majikan saya Nona!" Arum bersikeras.

Adrian menatap Arum dengan pandangan tak terbaca sebelum menatap Danilla yang tersenyum penuh kemenangan padanya.

Danilla menghampiri Arum yang kini duduk di bed rumah sakitnya.

"Papaku kelihatannya kurang jelas mendengar suaramu. Mungkin kau mau mengulanginya sekali lagi dengan lantang?"

Arum mengangguk. Pantas saja Tuan ini menatapnya aneh. Dia tidak mendengar, ya? Arum menarik napasnya dalam. Sebanyak mungkin dan berteriak.

"MAJIKANKU ADALAH NONA! BUKAN TUAN!"

ASTER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang