Partner, Valencia

55 3 0
                                    

10 jam setelah pengepungan
8.00 p.m waktu Inggris.
2.00 a.m. WIB

Jeep Wrangler Sport mulai melaju dengan kecepatan diatas rata-rata setelah melewati daerah padat penduduk. Aku melirik spion dan menyadari ada tiga mobil yang terus mengikuti sejak tadi.

"Valen."

"Iya aku tahu." Ujar Valen. "Sekarang aku boleh ngebut sesuka hati, kan?"

Aku mengangguk. Kuletakkan tablet diatas penyangga di dashboard mobil. Valen menatap maps. "Tujuan kita?"

"Belgia."

"Kau berniat pulang dari sana?"

"Email dari Papa mengatakan akan ada kapal menungguku. Tapi untuk pertama-tama, kita harus pergi ke Belgia. Papa menunggu kita di Belgia."

"For your information, Aku nggak bawa barang bawaan sama sekali, termasuk paspor." Ujar Valen.

"Sudah berapa lama kau menjadi bagian Rahardi hingga tidak sadar bahwa memalsukan paspor merupakan pekerjaan remeh untuk kita?" Aku balik bertanya.

Valen hanya terdiam. Argumennya hilang ketika ia menyadari posisi dan peran Rahardi bagi perkembangan Dunia.

Ia berbelok ke kiri secara tiba-tiba. Tiga mobil tersebut ikut mengikutinya. Ia semakin menambah kecepatannya.

"Pegangan, Dan!" Seru Valen sebelum ia berbelok tajam ke arah kiri.

Valen menambah kecepatannya dan dengan lihai menghindari mobil lain. Beberapa bahkan disalip tipis olehnya. Harus kuakui, kemampuan mengemudi Valen benar-benar luar biasa.

"Sial!" Valen memaki melihat dua buah mobil mengepung jalanan di pertigaan depan. Ia berbelok tajam dengan cepat kearah kanan. Kini, mobil berjalan di jalan tikus. Mobil-mobil yang sejak tadi membuntuti kami kelihatannya mengira bahwa kami tidak cukup berani mengambil jalan tikus yang beresiko ini.

Kami berjalan hingga rumah penduduk mulai jarang, bahkan nyaris tidak ada.

Dor Dor Dor

"Anjing! Mereka nembak kita!"

"Aku tahu." Ujarku tenang.

"Lurus saja secepatnya." Aku memasang silencer pada Glock 31 milikku dan membuka jendela.

"Oy! Oy! Kau sudah gila!" Valen menatapku panik.

"Lalu kau mau terus ditembak? Kita harus membalas agar mereka tak terus mengikuti, kan?"

Aku keluar dari jendela dan tersenyum miring sambil membidik.

"Halo." Aku menekan pelatuk dua kali pada mobil ditengah dan sebelahnya.

Ckiiitt

Kedua bidikanku tepat sasaran pada kedua ban mobil tersebut. Segera, mobil yang berada di tengah dan sampingnya kehilangan keseimbangan dan oleng. Mobil lain di belakangnya tidak sempat berhenti dan terbalik. Sementara mobil-mobil lainnya terpaksa berhenti karena tiga mobil tersebut memblokade jalan.

"Mampus! Dan, kuakui kau keren! Gimana bisa dua tembakanmu tidak meleset? Tadinya aku sempat ragu kau mau memakai pistol!" Valen menambah kecepatan mobilnya sebelum lebih banyak mobil mengejar kami.

"Menembak adalah hobiku." Aku meletakkan kembali pistol pada Holster.

Itu benar. Sejak kecil, aku dan adik-adikku mendapat pelatihan beladiri yang keras dari Papa. Bahkan Kamelia yang lemah sejak kecil dituntut untuk bisa beladiri dasar. Hal ini bertujuan agar kami bisa membela diri saat diserang mengingat sudah pasti banyak ancaman karena kami adalah anak-anak Liege.

ASTER ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang