Nalendra pada akhirnya berhasil dilumpuhkan. Melalui ekspresi Papa yang terlihat sangat senang meskipun kutembak membabi buta, rasanya aku ingin memukul kepalanya dengan poros senjata sampai hancur.
"Lady, won't you save me?
My heart belongs to you
Lady, can you forgive me?
For all i've done to you
Lady, oh, lady"
"BERISIK! DIAM!"
Aku berteriak emosi dan berniat memukul kepala Papa dengan poros senjataku. Beruntung, Taylor disebelahku menahan tanganku agar tidak berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.
"Uhuu Sirik kamu! Papa lagi senang! Hehe... Jadi Liege Hahaha kamu jadi Liege! Hei, Ceddric! Aster jadi Liege! Ahahaha! Lihat Aster Nalen! Dia jadi Liege!"
Ceddric memalingkan wajahnya dan Remi terlihat menahan tawanya. Sementara itu, ekspresi Nalendra terlihat seolah-olah dunia akan kiamat ketika Papa berujar.
"Ayahmu sudah tidak waras, Aduh." Ujar Ceddric. Ia mengusap wajahnya, namun lupa bila wajahnya sedang memar setelah dipukuli oleh Papa. Akhirnya, ia hanya berbisik padaku. "Sakitnya pukulan ayahmu baru terasa sekarang."
"Anda baik?" Remi menatapnya khawatir yang segera dihadiahi senyum oleh Ceddric.
"Kau baru tahu Papaku tidak waras? Bukankah selama ini dia memang tidak waras?" Ujarku jemu.
Ceddric terdiam sejenak. Ia mengingat kembali perlakuan Adrian selama ini.
"Untuk kali ini, aku setuju denganmu."
"LIEGE! Kami menemukan seorang sandera lagi di kamar belakang!"
"Hm?" Papa menghentikan nyanyian pas-pasan miliknya dan beralih menatap 'sandera' yang disebutkan.
"Oh, Halo Valencia!" Ia melambaikan tangannya dengan ekspresi senang.
"Li-Liege?!" Ekspresi Valencia bercampur dari syok, kaget, pasrah, dan marah.
"Mn. Aku Liege. Adrian Rahardi. Kau tahu tidak kalau Liege selanjutnya mmpff—"
Aku membungkam mulut Papa dengan tanganku.
"Halo Valen. Kau oke?"
Valencia mengangguk cepat. Ekspresi wajahnya masih terlihat kaget.
Melihat dari sedikitnya luka Valencia, kelihatannya Nalendra tidak melukainya. Benar memang Darah lebih kental daripada air. Meski Nalendra terlihat cukup membenci Valencia dari berbagai narasinya, namun pada akhirnya ia tidak melakukan apapun padanya. Hal itu juga berlaku sama seperti Valencia yang tidak bisa melukai Nalendra.
"Nalen." Ia memanggilnya lirih.
"Valencia." Nalen menggumam pelan. Ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Bawa dia ges!" Papa mengultimatum para bodyguardnya.
"BAIK LIEGE!"
Valencia terlihat kecewa namun ia kembali diam. Ia tahu ia tak bisa berbuat apapun mengingat Liege sendiri telah turun tangan. Ia cukup banyak telah tahu bagaimana cara kerja Papa. Santai, namun tidak bisa dibantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTER ✅
Teen FictionDanilla Asteria Rahardi adalah definisi sempurna. Ia memiliki teman yang baik, rupa yang luar biasa, keluarga yang menyayanginya dan harta yang melimpah. Singkatnya, ia memiliki segalanya. Namun, semua berubah ketika orang dari masa lalunya kembali...