So Eun sangat bersemangat ketika Kim Bum mengajaknya main hari ini. Mereka janjian jam 10 pagi di taman hiburan dan ya, keduanya datang tepat waktu. Tanpa banyak omong, mereka langsung menghabiskan waktu yang mereka punya hari itu untuk bermain bersama. Menaiki berbagai wahana, mulai dari yang menyeramkan sampai yang paling aman sekelas komidi putar. Kim Bum ikut menemani So Eum main komidi putar. Setelah selesai, merek turun bersamaan dan langkah So Eun sempoyongan seperti orang mabuk. Kim Bum tertawa lepas karena hal itu.
"Kau ini ada-ada saja So Eun."
"Kepalaku pusing, Bum, seperti ada kupu-kupu yang berputar-putar dalam otakku. Tuh kan, wajahmu saja tidak terlihat jelas. Buram."
Kim Bum lagi-lagi tertawa, dia berdiri mendekat ke arah So Eun lalu membenarkan kacamata gadis itu yang sedikit mencong.
"Kau persis seperti bocah," kata Kim Bum setelah kacamata So Eun bertengger apik di tempatnya.
Dari jarak sedekat itu, So Eun bisa melihat senyuman tulus Kim Bum yang kembali membuat jantungnya berulah. So Eun segera menarik diri dari Kim Bum lalu mengedarkan pandangan ke arah lain.
"Setelah ini kita mau ke mana?" tanya So Eun.
"Terserah, kau mau ke mana lagi?"
"Kenapa terserah padaku? Kan kau yang mengajakku ke sini Bum?"
"Aku sedang bosan di rumah, kupikir jalan-jalan denganmu akan sangat menyenangkan. Jadi aku akan ikut ke mana pun kau pergi hari ini."
Tidak boleh baper ya So Eun. Ingat, Kim Bum itu bukan levelmu. Dia baik ke semua orang karena memang kepribadiannya yang ramah. Stop bermimpi terlalu tinggi. Jatuhnya pasti akan sangat sakit.
"Hmm, semua permainan di sini sudah kita jajal. Bagaimana kalau sekarang kita cari makan di pinggir jalan?"
"Hah, memangnya aku kucing sampai harus cari makan di pinggir jalan?"
Kaget Kim Bum natural sekali, sepertinya dia belum menangkap maksud ucapan So Eun.
"Ya Tuhan ... bukan cari makan di pinggir jalan seperti itu yang kumaksud. Aku mau mengajakmu makan jajanan kaki lima di dekat pasar. Kau pernah tidak makan jajanan seperti itu?"
"Aku pernah dengar tapi belum pernah coba jajanan kaki lima."
So Eun geleng-geleng kepala, semakin jauh saja jarak kehidupannya dengan Kim Bum.
"Setajir apa keluargamu itu Bum? Masa jajan makanan kaki lima saja belum pernah?"
"Bukan masalah setajir apa, dari dulu orang tuaku memang tidak pernah mengajakku jajan makanan seperti itu."
"Anak orang kaya memang beda, kalau begitu ini saatnya bagimu untuk mencoba hal baru yang belum pernah kau lakukan dalam hidupmu. Hari ini aku yang akan menjadi pemandumu. Kita akan liburan ala rakyat biasa, kau siap?"
Kim Bum terkekeh dan dia hanya mengangguk mengiyakan. Detik itu juga, So Eun menarik tangan Kim Bum tanpa sadar. Dia membawa laki-laki itu untuk mengunjungi dunia dan kehidupannya yang sangat sederhana.
"Aaa, cobalah Kim Bum, makanan ini sangat enak."
So Eun menyodorkan makanan dari usus yang ditusuk-tusuk setelah diberi bumbu merah. Kim Bum tampak enggan memakannya, dia takut karena bentuknya terlihat tidak enak dilihat.
"Aku tidak yakin bisa memakan itu So Eun. Bentuknya membuatmu mual."
"Jangan lihat dari bentuknya tapi rasanya. Kau pasti ketagihan kalau sudah mencobanya."
"Tidak usah, kau saja yang makan."
"Ck, kau tidak seru ah. Masa makan sate usus saja takut."
"Bukan takut So Eun, aku hanya geli."