Cerita ini sudah tamat, mohon berikan apresiasi berupa like dan komen di setiap part-nya yaaaa. Makasih♡
Ingat, jangan salah lapak. Komenan di sini hanya untuk cerita ini. Kalau mau nagih cerita lain, komen di lapaknya aja yaaa.
***—Aliandra's Heart—
Ya Allah, hamba tidak pernah tahu jika rasa sakit karena cinta bisa begitu menyiksa seperti ini. Ampuni hamba, jika memang diri ini sudah berbuat sesuatu yang tidak Engkau kehendaki. Semula, hamba hanya ingin menikmati dan menerima apa yang telah Engkau karuniakan pada hati hamba yang tak berdaya ini. Ampuni hamba, karena air mata ini hamba jatuhkan pada seseorang selain dari pada-Mu dan juga Rasulullah. Hamba gagal, gagal untuk menanam keikhlasan seperti yang kerap Kau serukan pada hamba ya Allah. Hati hamba ingin bahagia bersamanya, meski dia bersanding dengan hati lain di pelaminan kelak. Namun, nyatanya hamba tidak setegar itu. Hati ini sakit ketika sumber tawanya bukanlah hamba. Hamba menjadi munafik karena terus menebar senyum bahagia dikala hati hamba menangis. Astagfirullah, ampuni hamba yang berlumur dosa ini, ya Allah.
Hamba tidak akan pernah menyalahkan keadaan dan takdir-Mu yang membawa hamba bertemu dengannya. Rasa ini sangat membahagiakan, meski tak sempat terungkap setidaknya hamba tahu bagaimana perasaan yang dirasakan Rasulullah SAW dahulu yang begitu mengasihi istri-istrinya. Terima kasih, cinta yang sederhana ini tidak akan pernah hamba lupakan seumur hidup hamba. Jika Engkau menciptakan So Eun bukan untuk menjadi tulang rusuk hamba melainkan orang lain; maka lapangkanlah hati ini. Luaskanlah ia, seluas-luasnya taman surga yang teramat indah dan diselimuti kabut ketulusan. Perkenankanlah, hamba untuk kembali pada-Mu dengan kecintaan hamba terhadapmu dan Rasulullah.
Hamba ingin bertemu dengan-Mu ya Allah, hamba ingin bunga tidur yang selalu bermekaran di kala hamba terlelap. Menjadi jalan di mana Engkau, mengutus nabi akhir zaman memasuki alam bawah sadar hamba. Hamba ingin mengusir bayangannya, dengan lebih mendekatkan diri ini pada-Mu dan Rasulullah SAW. Aaminn.
"Ya Muqollibal quluubi Tsabbit Qolbiy'Alaa Diinika."
Wahai Dzat yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu.
(HR. At-Tirmidzi no, 3522, Imam Ahmad IV/302, Al-Hakim I/525. Lihat Shohih sunan At- Tirmidzi no.2792).
Alhamdulillah, setelah melaksanakan shalat Ashar hatiku jauh lebih tenteram dari sebelumnya. Lihatlah, sekarang aku menjadi pria cengeng yang banyak membuat setiap detik dalam hariku mubazir. Sedang apakah gadis itu sekarang, di akhir pekan seperti ini mungkin dia sedang bersenang-senang bersama Ki Joon –kekasihnya. Ya, mereka menamakan hal itu dengan sebutan kencan. Aku tidak mengenal hal itu dan enggan mengenalnya lebih jauh, sebelum ijab Kabul aku ikrarkan demi kehalalan hubunganku dengan pendampingku kelak. Ah, sudah satu minggu ini aku terlalu banyak memikirkan So Eun dan kekasih barunya; membuat kepalaku menjadi sering pusing dan merasa sakit yang luar biasa. Sama halnya dengan saat ini, baru saja aku berdiri dari dudukku namun tiba-tiba rasa sakit yang merajam membuat kestabilanku terganggu.
Alhasil, aku pun kembali terduduk sembari memegangi kepalaku yang berdenyut dengan kerasnya. Astagfirullah, mengapa bisa sesakit ini? Ini aneh sekali, tidak seperti biasanya. Kegelapan sudah menjadi pemandangan utamaku dalam menjalankan hidup ini. Selama aku buta, tidak pernah sekalipun aku mengalami kesulitan untuk berjalan. Namun kali ini, aku benar-benar tidak sanggup untuk sekedar berdiri saja sulit sekali bagiku. Puncak kepalaku sangat nyeri, seperti dirajam ribuan paku panas. Rasa sakit yang kurasa di pusat koordinasi itu berhasil melumpuhkan seluruh sistem syaraf dalam tubuh ini. Kakiku lemas, tenggorokanku tercekat hingga menyulitkanku untuk berteriak meminta tolong.
Aku tergeletak tak berdaya di mimbar masjid. Dalam keadaan kesakitan, aku masih dapat menangkap teriakan beberapa jemaah masjid yang menyerukan namaku. Mungkin mereka terkejut melihat keadaanku sekarang, perlahan namun pasti pendengaranku mengabur, sistem kerja otakku melambat hingga pada akhirnya gelap dan hening pun kualami. Seiring dengan kesadaranku yang hilang dan aku pun tidak mengetahui hal apa yang terjadi setelah itu.