I'm Trapped #2

374 73 27
                                    

"How's your date?" tanya Liana seraya menyenggol iseng bahu So Eun.

"Kencan apa?"

"Mm, jangan pura-pura deh, aku sudah dengar dari Rose. Kamu sama kak Kim Bum kencan kan kemarin?"

Mata So Eun membeliak, "Itu bukan kencan, Rose dan Karel menjebak kami."

"Tapi pada akhirnya kamu sama kak Kim Bum jalan berdua. Kata Rose kalian malah asyik sendiri pergi ke suatu tempat."

"Itu karena kak Kim Bum kasihan padaku, dia juga sama kesalnya denganku. Tidak ingin menyaksikan orang lain pacaran jadi kami putuskan untuk--"

"Pacaran juga, gitu?" potong Liana.

"Ih, bukan!"

"Ha ha ha, sumpah enggak apa-apa banget kok Sso kalau kamu pacaran sama dia. Jomlo tahu dia."

"Enggak usah mikir yang aneh-aneh, aku gak mau ada gosip nyeleneh tentang aku sama kak Kim Bum. Jadi sebaiknya kamu juga tutup mulut. Jangan bahas lagi kak Kim Bum."

"Oke, oke, kamu parno banget sih aku bercanda juga.

"Masalahnya candaan kamu sama Rose itu suka aneh dan nyebelin! Wajar banget kalau aku waswas."

Mereka lanjut berjalan menuju gedung fakultas.

"Tapi misal nih ya Sso, misal doang, kalau kak Kim Bum naksir kamu gimana?"

"Mana mungkin."

"Kok mana mungkin?"

"Ya, aneh aja. Buat apa kak Kim Bum naksir aku? Kayak gak ada cewek lain aja di kampus ini. Pertanyaan kamu ngawur!"

"Eh, di dunia ini enggak ada yang gak mungkin. Kamu tahu enggak, 470 juta tahun yang lalu gunung Everest itu ada di bawah laut. Coba lihat sekarang, Everest jadi gunung tertinggi di dunia. Kesannya kayak mustahil banget kan tapi itu nyata! Lah, ini ketimbang ditaksir cowok doang, masa iya enggak mungkin?"

So Eun malas menimpali ucapan Liana. Perdebatan ini tak akan menemui titik akhir jika dia tidak menyerah. Biarkan Liana bergulat dengan segala keyakinan dan analoginya. Benar saja, sepanjang perjalanan menuju kelas gadis itu tak berheti mengoceh. Menjadi backsound nyaring yang menemani langkah kaki So Eun.

***
"Kim Bum!" panggil Anna otomatis menjeda langkah pria itu.

"Kenapa, An?" balas Kim Bum ramah pada teman kelasnya itu.

"Kau masih ada kelas habis ini?"

"Tidak, ada jeda satu jam. Pukul dua nanti baru aku masuk."

"Pas kalau begitu," sahut Anna riang, seperti mendapat jackpot dan kesempatan emas.

"Apa yang membuatmu begitu bersemangat Anna?"

"Saat ini Prof. Robis sedang jadi pembicara seminar di aula utama. Mulainya sudah sejak satu jam lalu, tapi kata temanku sesi Prof. Robis baru akan dimulai. Kau tertarik untuk datang?"

"Aku bukan peserta resmi, memangnya boleh?"

"Jangan khawatir, aku punya tiket lebih, ayo ke sana bareng. Materinya menarik, kau pasti suka," jelas Anna sambil menunjukkan dua tiket seminar di tangannya.

Kim Bum rasa tidak ada ruginya dia mengisi waktu senggang dengan mengikuti seminar. Pria itu juga penasaran kenapa Anna bisa begitu bersemangat jadi pada akhirnya Kim Bum setuju untuk pergi bersama gadis itu.

Di aula, Kim Bum dan Anna menempati kursi di barisan yang paling belakang. Tentu saja, acara sudah dimulai sejak tadi. Mustahil mereka bisa menempati barisan depan. Meskipun begitu Anna tetap senang bukan kepalang, karena tujuan utamanya sudah tercapai yakni mengajak Kim Bum pergi bersamanya. Urusan seminar itu nomor sekian.

Mini SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang