"Fir," panggil seorang perempuan membuat Firdaus dan Yasmine terperanjat.
Firdaus sontak berdiri begitu pun Yasmine yang mengikuti dosennya.
"Iya Bu, ada apa?"
Ternyata perempuan yang datang adalah ibu Firdaus, Yasmine tersenyum sopan ketika perempuan itu menatapnya penuh tanya. Barangkali dia penasaran tentang sosok Yasmine.
"Kamu ini, ibu cariin dari tadi ternyata di sini," ucap sang ibu kemudian matanya kembali terpusat pada Yasmine, "Ini siapa, Fir?"
"Assalamualaikum Ibu, saya Yasmine," sapa Yasmine memperkenalkan diri sambil mencium tangan ibu Firdaus.
"Waalaikumsalam, halo Yasmine, saya ibunya Firdaus. Yasmine ini teman dekatnya, Fir, ya?"
Yasmine tersenyum kikuk, ia menoleh pada Firdaus secara refleks.
"Dia mahasiswa Fir, Bu, kebetulan datang ke sini untuk mengantarkan barang Fir yang ketinggalan di kampus," jelas Firdaus mengonfirmasi.
"Masa sih, tadi ibu lihat kalian akrab banget. Jangan malu-malu begitu, Fir, kamu kan tahu ibu sudah mengharapkan hal ini sejak lama. Sekarang Mbakmu sudah ada yang mengikat, artinya kamu juga sudah boleh mencari pasangan hidup. Alhamdulillahnya ternyata kamu udah punya."
Firdaus sangat paham dengan kebiasaan sang ibu yang suka menggodanya perihal jodoh. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk wanita itu asal menduga. Firdaus tidak ingin Yasmine merasa tidak nyaman karena hal tersebut.
"Yasmine, kamu sudah makan?" tanya ibu Fir, masih kekeh dengan keyakinannya bahwa Yasmine adalah kekasih sang putra.
"Alhamdulillah sudah Bu, baru selesai."
"Kalau begitu sekarang kamu ikut Ibu, ya. Ibu mau kamu mencicipi dessert buatan Ibu."
Yasmine sedikit bingung, dia kembali menatap dosennya--berharap laki-laki itu bisa memberi petunjuk tentang apa yang harus Yasmine lakukan. Namun sebelum Yasmine mendapat jawaban Firdaus, ibu Fir langsung menggandeng Yasmine dan membawanya pergi. Firdaus hanya mendesah berat lalu mengikuti kedua perempuan itu.
***
Acara icip-icip dessert sudah selesai sekitar 30 menit lalu. Yasmine menikmati semua makanan yang disuguhkan padanya, tak lupa Nisa juga bergabung dalam kegiatan itu. Nisa merasa sangat beruntung bisa datang ke rumah Firdaus. Selain mendapat makanan gratis, dia pun menemukan fakta bahwa bukan Firdaus yang akan menikah melainkan kakaknya. Kemudian, yang paling terpenting bagi Nisa adalah ... dia berhasil menemukan sosok pria pengganti Firdaus. Entah mengapa mata dan hatinya langsung klop saja dengan pria itu. Dia terlihat lebih muda dari Firdaus, perawakannya tinggi putih, dan wajahnya agak kebule-bulean."Sayang banget aku enggak sempat kenalan sama cowok itu, Yas. Dia tipe aku banget masa."
"Nisa jangan mulai bertingkah deh, ingat, kita lagi di rumah pak Fir. Jangan buat dia malu."
"Buat malu apa sih Yas, orang aku cuma mau kenalan sama pangeran tampan yang tadi doang. Apa sebaiknya aku cari dia lagi ya di dalam?"
"Suuut, daripada kamu keluyuran gak jelas mending bantu aku menyajikan makanan buat tamu spesial keluarga pak Fir."
"Lah, kenapa jadi kita yang melayani? Kita juga kan tamu."
"Enggak usah bawel deh, tadi aku nawarin bantuan ke ibunya pak Fir buat melayani para tamu itu. Katanya, ruangan buat mereka sengaja dipisah biar lebih privasi aja."
"Kebiasaan nih Yasmine, suka banget merepotkan diri sendiri padahal enggak ada yang nyuruh," keluh Nisa.
"Tamunya itu rombongan anak yatim dari panti asuhan, Nis. Aku tergerak pengen bantuin aja pas denger gitu."