My Cool Boss #6 (Tamat)

675 70 21
                                    

Dua jam sebelumnya ...

Karena tidak bisa menahan amarah yang masih mengusik hatinya, Kim Bum memilih menghubungi Vincent. Ia cari tempat ternyaman di bar agar bisa mengobrol dengan sahabatnya itu dengan tenang. Dia ceritakan semua kejadian yang dialaminya dan So Eun. Dimulai dari kesepakatan mereka untuk melakukan pendekatan sampai insiden pemukulan yang dilakukan Kim Bum terhadap Geumsan.

Vincent semula kaget, tapi tidak terlalu lama karena dia langsung paham bagaimana isi hati sobatnya itu yang sebenarnya. Kim Bum memang sulit ditebak, tapi Vincent mengerti dia cukup baik. Sehingga bukan hal sulit bagi pendeta itu untuk memahami apa yang sedang dirisaukan sahabatnya.

Katanya Kim Bum bingung, karena saat ini isi kepalanya hanya dipenuhi oleh sang sekretaris. Padahal tadi pagi Kim Bum yakin perasaan dan otaknya masih normal. Tapi sejak dia kelimpungan mencari So Eun tadi sore sampai kejadian di restoran terjadi, pria itu jadi semakin bimbang dan hatinya tak karuan setiap mengingat So Eun.

"Apa yang terjadi padaku sebenarnya, Vincent? Kenapa So Eun jadi begitu penting bagiku? Apa aku hanya terbawa perasaan saja?"

"Kau bukan tipikal orang yang mudah terbawa perasaan, Bum. Kegelisahan yang sekarang kau rasa hanya efek kecil dari rasa takut kehilangan So Eun."

"Iyakah?"

"Mm, lalu bagaimana perasaanmu sekarang, Bum?"

"Aku tidak tahu Vincent, sekarang aku sangat marah. Bahkan aku meninggalkan So Eun di kamar karena aku yakin aku tidak sanggup jika melihatnya menangisi pria lain lagi. Kenapa aku selalu seperti ini? Diriku tidak terkontrol ketika melihat pria lain menyakiti sekretarisku."

"Aku sudah memberikan jawaban atas pertanyaan itu beberapa kali. Kau mau mendengarku mengatakan hal yang sama lagi?"

"Maksudmu aku sungguh mencintai sekretarisku?"

"Iya, sejak lama kau memiliki perasaan itu hanya saja sulit bagimu untuk menerima dan memahaminya. Terlebih kebiasaanmu bersikap dingin semakin mendoktrin otakmu untuk tidak menggubris perasaanmu terhadap So Eun. Kau selalu denial dan berlagak teguh pada prinsipmu yang tidak mau terikat dengan perempuan mana pun. Tapi sekali lagi, siapa yang bisa menandingi takdir dan kuasa Tuhan? Jika mereka sudah bekerja maka tidak ada lagi yang bisa kau lakukan."

"Sambut perasaan itu, Kim Bum, nikmati setiap emosi yang datang menyapa hatimu karena So Eun. Bahagia, sedih, kesal, amarah, kecewa, semangat. Variasi rasa semacam itu akan membuat hidupmu lebih berwarna. Selama main perempuan apa kau pernah merasa kebahagiaan yang sesungguhnya?"

"Tidak."

"Lalu bagaimana saat kau sedang bersama sekretarismu?"

"Aku nyaman dengannya, saat dia bahagia, hatiku merasa lega. Dan saat dia bersedih, aku jadi kesal sendiri kemudian ikut frustrasi."

"Hati kalian terhubung, empati memang dimiliki oleh setiap manusia tapi tidak semua orang bisa menerima empati sebesar itu jika hati kalian tidak terhubung."

"Jadi sekarang aku harus apa?"

"Hanya kau sendiri yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ke mana arah tujuan perasaanmu ada di bawah kendalimu, Kim Bum."

"Baiklah, aku mengerti. Terima kasih sudah mendengarkan ocehanku malam-malam begini. Aku pasti mengganggu waktu istirahatmu."

"Tidak masalah, aku tunggu kabar baiknya besok. Kuharap kau memilih keputusan paling tepat dalam hal ini, Bum."

"Ya, akan kupikirkan."

***
Keesokan harinya ...

Vincent ada di gereja, berdiri di depan altar dan berhadapan dengan dua insan berpakaian pengantin yang cantik dan tampan. Mereka tampak serasi bersama. Keduanya siap dipersatukan dalam jalinan suci dan akan mengikrarkan janji pada Tuhan untuk sehidup semati bersama. Vincent menatap kedua orang itu bergantian, dia terkekeh sebelum memulai prosesi pemberkatan. Jalan cerita cinta dua orang itu selalu membuatnya terkaget-kaget sejak awal sampai sekarang.

Mini SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang