"Pagi Kak Kim Bum, ayo sarapan," ajak Lisa ramah saat sang kakak baru muncul."Aku buru-buru, duluan," kata Kim Bum hanya menoleh pada Lisa tanpa melihat istrinya sedikit pun. Posisi duduknya bersebelahan dengan Lisa.
"Lah, kenapa lagi itu orang?" heran Lisa, kemudian setelah melihat kakak iparnya yang murung akhirnya gadis itu paham.
"Hhh, kalian bertengkar semalam?"
"Iya, kami berdebat."
"Baru akur seminggu Kak, sudah begini lagi, kalian kenapa, sih?"
"Kakak juga bingung, Lis. Kakak menyesal kenapa semalam bisa lost control dan mengatakan hal seperti itu pada kakakmu."
"Memangnya apa yang kak So Eun katakan?"
"Kakak mengeluarkan semua unek-unek dan perasaan kakak selama menikah dengannya. Jujur tentang segala hal dan mungkin itu menyinggung atau melukai perasaannya."
"Ampunnn, deh, pasutri satu ini. Tidak bisa gitu hidup rukun tanpa perang dingin? Mumet aku lama-lama."
"Kakak harus bagaimana sekarang, Lis? Bagaimana jika kakakmu marahnya lama?"
"Mau tidak mau sekarang kakak harus maju duluan. Bergeraklah, minta maaf atau apa gitu yang bisa meluluhkan kak Kim Bum."
"Tapi kakak takut malah semakin membuatnya marah. Nanti kalau semakin pelik masalaghnya bagaimana?"
"Dicoba dulu, Kak. Hasilnya baru akan ketahuan kalau kakak sudah mulai usaha."
"Begitu, ya?"
"Iya, agresif dikit boleh loh, Kak. Apalagi kalian adalah suami istri. Aku saja sudah siap untuk mengejar kak Aska secara ugal-ugalan. Tinggal menunggu waktu."
Walau sedang galau berat, So Eun masih bisa terkekeh melihat tingkah adik iparnya. Andai saja dia memiliki keberanian seperti Lisa saat memperjuangkan cintanya, mungkin masalah ini akan cepat terselesaikan.
"Kak," panggil Lisa lagi.
"Ya?"
"Percaya padaku, kak Kim Bum sudah sayang sama Kakak atau bisa jadi dia sayang dari dulu tapi tidak tahu cara mengungkapkan kasih sayangnya. Dua hari lalu, saat aku memergoki kalian ciuman di dapur, aku melihat wajah kakakku berbinar sekali. Matanya penuh cinta, dia sebahagia itu. Jadi Kakak jangan menyerah sekarang. Hanya tinggal sedikit lagi penantian dan perjuangan kakak akan berbuah manis. Kak Kim Bum orangnya setia, sekali dia jatuh cinta maka tidak akan ada orang lain yang bisa menggoyahkannya. Berdebat dalam rumah tangga itu biasa, nanti juga pasti baik lagi kok. Tapi kakak harus usaha dengan giat supaya damainya semakin cepat, oke?"
So Eun tersenyum, Lisa memang paling bisa menyemangati dan menenangkannya. Dia suporter terbaik So Eun sejauh ini.
"Iya, terima kasih, Lis."
***
Hari ini Kim Bum dan Karel tidak full dinas di rumah sakit. Sesuai jadwal yang sudah diatur, mereka mendatangi sebuah hotel untuk menjadi pemateri dalam seminar kesehatan yang diadakan kementerian kesehatan. Seminar itu dimulai sekitar pukul sepuluh dan selesai pukul dua sore. Setelah itu, mereka tidak langsung ke rumah sakit melainkan diajak menghadiri pertemuan khusus ikatan dokter yang diselenggerakan oleh penyelenggara yang sama. Pertemuan itu berlangsung cukup lama. Pukul lima sore terlihat para orang penting itu baru membubarkan diri.Jam dinas sudah beres, Karel memutuskan untuk pulang dan tidak akan ke rumah sakit dulu. Tadinya Kim Bum pun akan melakukan hal yang sama. Namun tiba-tiba dia berubah pikiran kemudian meminta untuk ikut berkunjung ke rumah Karel. Kim Bum berdalih, dia sudah lama tidak bertemu Meylin dan Rose. Ingin silatuhrahmi katanya. Meski heran dan meragukan alasan itu, Karel tetap memperbolehkan temannya itu untuk ikut.