Lisa hampir menangis di tempat saking frustrasinya karena terus didesak untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan saat ini. Membayar makanan yang sudah gadis itu habiskan, itulah masalah yang tak bisa Lisa selesaikan sekarang. Uang yang dia miliki jauh nominalnya dengan angka yang ada di bill. Lisa memang sembrono dan terkesan bodoh, sudah tahu dia harus berhemat namun kebiasaannya yang sehari-hari hedon sulit diubah.
Gadis itu hampir dipermalukan oleh sang kasir kafe, untung saja ada malaikat yang menyelamatkan harga diri Lisa. Demi apa pun Lisa sangat bersyukur bisa bertemu dengannya. Walaupun orang itu sama sekali tidak mengenal Lisa, namun dia bersedia memberikan bantuan tanpa tede aling.
"Miss So Eun terima kasih ya sudah mau membayar tagihan bill-ku. Aku janji nanti akan mengganti uangmu," ujar Lisa saat ini masih bersama malaikat penyelamatnya yang tak sengaja ia temui di kafe tadi.
"Tidak apa-apa Lisa, tidak perlu diganti. Saya ikhlas bantu kamu."
Lisa dan So Eun memang sempat kenalan secara resmi tadi. Walau selama ini Lisa sering mendengar nama so Eun dan sepak terjang dosen itu, namun ini kali pertama bagi Lisa berbincang langsung dengan So Eun.
"Miss baik sekali, pantas saja di kampus banyak mahasiswa yang suka sama Miss."
"Oh, ya? Masa, sih?"
"Hm, Miss pura-pura tidak tahu, ya? Down to earth banget."
"Saya tidak pernah merasa disukai banyak mahasiswa, Lisa. Perasaan biasa saja."
"Itu kan perasaan Miss, aku sebagai penonton bisa menyaksikan sendiri seberapa banyak mahasiswa di kampus yang suka Miss walau penampilan Miss sangat sederhana."
So Eun hanya tersenyum simpul mendengar hal itu.
"Syukurlah jika memang ucapanmu benar, lebih baik disukai kan daripada dibenci?"
"He he iya, aku senang tahu bisa kenal sama Miss. Aku pengen banget ikut kelas Miss tapi katanya aku baru akan ketemu Miss pas tingkat tiga. Hm, masih lama, sekarang kan aku baru tingkat satu semester satu."
"Yang rajin ya belajarnya, semoga nanti kita bisa bertemu di kelas yang sama."
"Amin, setelah ini Miss mau ke mana?"
"Saya mau ke toko buku, kamu mau ikut?"
"Eh, boleh emang?"
"Kenapa enggak, saya juga sendirian. Lumayan kan jadi ada teman ngobrol. Kamu anaknya asyik."
Lisa tersipu malu mendengar pujian So Eun. Pantas saja Sehun menyukai perempuan dewasa ini, pembawaannya memang menyejukkan kalau setiap bicara. Sangat mudah membuat orang nyaman. Ini skill yang tidak dimiliki banyak orang.
Kedua perempuan itu pun lanjut memasuki mobil So Eun, mereka pergi ke tempat tujuan dengan menempuk waktu perjalanan kurang lebih setengah jam. Begitu sampai, mereka langsung mencari area toko buku yang ada di salah satu pusat perbelanjaan. Lisa dengan senang hati mengikuti So Eun ke mana pun perempuan itu beranjak. Lumayan kan dia bisa jalan-jalan gratis di saat isi dompetnya tipis. Daripada diam di rumah, pasti akan sangat membosankan karena ponsel Lisa juga sedang disita.
Sepanjang kebersamaan, mereka bertukar cerita akan banyak hal. Lisa merasa dia sefrekuensi dengan So Eun. Semua obrolan mereka nyambung dan keduanya teramat mudah memecah tawa bersama. Mereka terlihat seperti karib lama ketimbang dua orang yang baru saling mengenal. Lisa bahkan tidak ragu menceritakan masa hukuman yang sedang dijalaninya saat ini.
"Oh, jadi begitu ceritanya, uang jajan kamu dipotong dan semua kartu kredit dinonaktifkan sementara oleh kakakmu?"
"Iya Miss, resek banget emang kakak aku tuh."