Cerita ini sudah tamat, mohon berikan apresiasi berupa like dan komen di setiap part-nya yaaaa. Makasih♡
Ingat, jangan salah lapak. Komenan di sini hanya untuk cerita ini. Kalau mau nagih cerita lain, komen di lapaknya aja yaaa.
***—Mahram?—
Pekatnya langit hitam berangsur memudar seiring dengan bias cahaya sang surya yang sudah menampakkan diri dari ufuk timur. Kicauan merdu sang burung gereja, yang bertengger di pepohonan taman panti menjadi pemanis; menyegarkan suasana pagi yang cukup cerah ini. Seorang pria bertubuh tinggi, bersurai hitam yang tertutup kopiah dengan pakaian koko serta celana hitam berbahan katun, terlihat sedang sibuk dengan kegiatannya. Kedua tangan pria itu sudah erat memegang selang air yang ia gunakan untuk menyiram tanaman di halaman panti.
Ini adalah rutinitas rutin yang dilakukan warga panti, beberapa anak dan remaja pun turut bekerja sama membersihkan halaman. Ada yang menyapu, memotong rumput dan lain sebagainya. Semua warga di sini memang cinta kebersihan. Tidak akan mereka biarkan tempat tinggalnya menjadi peradaban yang dicintai setan. Bukankah kebersihan itu sebagian dari pada iman? Dengan menjaga lingkungan, mereka yakin Allah akan semakin menyayangi mereka karena telah bersedia menjaga apa yang telah Allah berikan.
"Kak Ali, biar aku bantu," tukas seorang gadis kecil bermata sipit dan dengan bentuk wajah bulat.
Penampilannya semakin sempurna, dengan pakaian muslimah lengkap bersama hijab yang bocah itu kenakan.
"Tidak usah Hana, Kakak bisa melakukannya sendiri. Sebaiknya kamu bantu teman-teman yang lain saja, ya," tolak Aliandra halus.
"Tapi aku ingin membantumu, Kak," rajuk Hana manja, Aliandra tersenyum dan melirik; mengarahkan pandangannya ke sebelah kiri, di mana suara Hana terdengar.
"Jika kamu ingin membantu kakak, ini!" Aliandra mengulurkan sebelah lengannya pada ke arah depan, tepat berada di atas kepala Hana.
"Tolong lipat pakaian kakak agar tidak terkena air, kau bisa?"
"Aku dib awah sini, Kak!" protes Hana lalu menarik tangan Ali ke bawah.
Aliandra tersenyum, dia memang sengaja melakukan itu untuk mengusili Hana. Anak satu ini memang cukup sering menjadi objek keisengan Aliandra.
"Pokoknya nanti setelah Hana menikah dengan kak Ali, Hana akan menjadi istri yang baik serta soleha."
"Memangnya kamu mau menikah dengan kakak yang buta ini?"
"Tentu saja, kak Ali kan tampan, siapa pun pasti mau menikah denganmu."
"Kamu terlalu cantik untuk kakak. Jadi kakak merasa tidak terlalu pantas untuk bersanding denganmu."
"Dih, ya enggaklah, kak Ali sangat pantas. pokoknya aku mau menikah dengan kak Ali setelah aku dewasa nanti."
Lagi-lagi Aliandra hanya bisa tersenyum menanggapi ocehan gadis cilik itu.
"Apa warna pakaian yang kamu kenakan saat ini?" tanya Aliandra.
Langsung menghempaskan selang yang sedang dipegang tangan kirinya saat Hana meminta tangan itu untuk diulurkan ke arah gadis kecil itu.
"Bajuku warna pink, Kak, kerudungnya juga sama," jawab Hana polos.
"Kan ... hanya dengan membayangkannya saja, kakak yakin saat ini penampilan kamu pasti sangat cantik."
Aliandra hendak mengelus puncak kepala Hana namun ia sedikit kesulitan. Gadis kecil itu pun menuntun tangan kekar Aliandra untuk mendarat dipuncak kepalanya. Hana sangat menyayangi Aliandra. Bualan perihal ia yang ingin menikah dengan Aliandra hanyalah candaan semata untuk menghibur Aliandra dengan caranya sendiri.