"Ngedip heh!" tukas Selly sambil menyikut lengan So Eun.
Gadis itu menatap seorang pria yang tengah presentasi di depan sana dengan mata berbinar. Senyum manis tak berhenti terukir di bibir mungilnya. Siapa saja yang melihat kondisi ini akan sadar jika gadis itu sedang kasmaran.
"Suami orang kok ganteng banget ya, Sel? Jadi pengen grauk deh."
Selly terkekeh sambil bergidik geli.
"Suami orang kepalamu! Itu lakimu heh!"
"Iya kan aku orang, Sel. Jadi tidak salah dong kalau menyebutnya suami orang."
Selly geleng-geleng kepala, untung dia dan So Eun duduk di bangku baris kedua sehingga tidak begitu mencuri perhatian orang.
"Tapi aku takjub sama kamu loh, Sso. Kok bisa gitu dinikahi pak Kim Bum? Pake pelet apaan?"
"Pelet ndasmu! Mana ada pelet-peletan. Semua ini murni karena kekuatan cinta, hi hi."
"Sudah hampir sebulan sejak acara resepsi akbar pernikahan kalian digelar, tapi sejak hari itu kalian berdua belum ambil cuti sama sekali. Sibuk kerja terus, bulan madunya kapan?"
"Eh, jangan salah, walau sama-sama sibuk tapi kami rutin bulan madu tahu."
Selly tampak antusias mendengarnya. Dia berusaha meredam suara agar tak menarik perhatian. Padahal sejak tadi rasanya dia ingin teriak gemas.
"Siapa yang lebih gahar di ranjang, Sso? Kamu atau pak Kim?"
"Ih, rahasia dong. Enggak akan aku bongkar, itu rahasia dapur pernikahanku."
"Wkwk benar juga, pokoknya aku ikut senang karena akhirnya kamu menikah dengan laki-laki baik. Tidak seperti para mantanmu yang bajingan itu."
"Iya dong, semua ini adalah balasan dari kesabaranku. Tuhan memberi hadiah si tampan itu untuk mengobati segala luka yang ditorehkan deretan lelaki jelek dari masa lalu."
"Setuju, pokoknya kamu harus jaga pak Kim baik-baik. Pelakor zaman sekarang makin berani, Sso. Kamu harus waspada. Aku saja sering dibuat waswas sama suamiku kalau dia sedang dinas di luar kota sama rekan kerjanya yang perempuan."
"Enggak akan ada yang berani macam-macam sama suamiku, Sel. Pawangnya aja segila aku, pelakor mana yang berani main mata sama Bos Kim, kujamin hidupnya tidak akan pernah tenang."
"Bagus, pertahankan prinsip ini demi keutuhan rumah tanggamu."
"Pasti," kata So Eun lalu mengajak tos rekannya itu.
Kebetulan Kim Bum sudah selesai menjelaskan, suasana sedang hening-heningnya, tak ayal perhatian semua orang di ruang rapat sana tertuju pada So Eun dan Selly. Tak terkecuali perhatian Kim Bum.
"Ada masalah sekretatis Lim?" tanya Kim Bum dengan tatapan penuh peringatan.
"Tidak, Pak. Maaf, barusan ada nyamuk jadi saya tepuk," alasan So Eun sekenanya.