Cerita ini sudah tamat, mohon berikan apresiasi berupa like dan komen di setiap part-nya yaaaa. Makasih♡
Ingat, jangan salah lapak. Komenan di sini hanya untuk cerita ini. Kalau mau nagih cerita lain, komen di lapaknya aja yaaa.
***—Jodoh Pasti Bertemu—
Tiga tahun Kemudian ...
Seorang gadis baru saja menutup lembar terakhir dari novel yang menjadi kesayangannya. Gadis itu tersenyum sangat manis, membuat perempuan muslimah ini terlihat semakin menawan dengan segala keanggunan dan pesonanya. Waktu baru menunjukkan pukul 09.30 waktu setempat, tinggal beberapa saat lagi kereta bawah tanah yang ia tumpangi ini akan menurunkannya di stasiun Prosfect Mira, Moskow Rusia. Gadis itu hendak mendatangi tablig akbar yang akan digelar beberapa ulama Islam ternama Rusia di mesjid agung Moskow. Atau yang sering disebut dengan nama lain tatar juga mesjid katedral Moskow.
Setelah sekian menit, kereta itu pun berhenti di stasiun. Gadis itu turun membawa beberapa barang bawaannya seperti tas, dan juga novel yang tadi ia baca selama dalam perjalanan. Terlihat pemandangan stasiun ini sangat padat, oleh orang-orang asli Moskow juga beberapa turis asing yang berbaur menjadi satu. Gadis itu mulai melangkahkan kakinya, dari sini menuju mesjid agung Moskow kurang lebih ia harus menermpuh jarak sekitar 300 meter.
"Masih banyak waktu, sebaiknya aku jalan kaki saja," ujar gadis itu, memutuskan untuk menikmati perjalanannya dengan berjalan kaki.
Dikarenakan situasi stasiun yang sangat ramai. Membuat gadis itu sedikit merasa kesal saat beberapa orang pria menyerobot jalannya, dan tidak sengaja mendorong tubuhnya hingga langkahnya menjadi oleng dan novel yang ia pegang pun terjaatuh begitu saja.
"Astagfirullah, tidak bisakah mereka sedikit bersabar. Mengapa sangat tergesa-gesa seperti itu, huh dia menjatuhkan novel kesayanganku," umpat gadis itu seraya mencondongkan tubuhnya, menyerupai posisi ruku saat shalat.
Gadis itu hendak mengambil novelnya yang terjatuh, sebelum kaki pejalan kaki lainnya menginjak novel itu. Dan ketika tangan gadis itu nyaris mengapai novelnya, tiba-tiba gerakan cepat dari tangan orang lain berhasil memindahkan novelnya dan tidak lagi tergeletak di bawah lantai.
"Milikmu?" gadis itu masih berjongkok karena terkejut seseorang mengambil novelnya. Dan saat mendengar suara baritone dari seseorang yang mengambil bukunya tadi, membuat sang gadis mematung sempurna. Jantungnya berdegup sangat cepat, darahnya mengalir secepat rolle coster, lidah gadis itu kelu dan tenggorokannya tercekat. Ia sama sekali tidak merespon, ujaran orang itu. Hingga membuat si pemiliki suara berat itu menyamakan posisinya dengan gadis itu –berjongkok.
"Prince of Heaven karya Syahwa Altafunissa, sepertinya menarik," tukas pria itu membaca judul dari novel yang saat ini masih berada dalam genggamannya.
"Kaukah itu, apa aku sedang bermimpi?" batin si gadis masih sibuk dengan lamunannya.
"Mm-hm, nona kau baik-baik saja?" tanya pria itu dalam bahasa Inggris, ia sedikit berdehem untuk menyadarkan gadis muslimah yang masih menunduk di hadapannya ini.
"Benar, ini kau," batin gadis itu lagi meyakini firasat dan juga perasaannya.
Perlahan namun pasti, ia mendongakkan kepala yang sedari tadi menunduk; untuk memastikan kebenaran dari dugaannya. Gadis itu terpaku, ketika kedua mata hazel-nya berhasil menangkap sosok pria yang selama ini sangat ia rindukan sedang berada di hadapannya. Pria itu menatap sang gadis hangat, dengan senyuman yang indah sama seperti beberapa tahun lalu.
Sejenak So Eun –gadis itu kembali mematung dan membiarkan matanya dengan antusias menelusuri setiap lekuk wajah pria yang sudah tiga tahun terakhir ini menghilang dalam hidupnya.