15 | OVERTHINKER

526 37 21
                                    

follow dulu!

vote dulu!

"Memikirkan sesuatu yang tidak penting adalah prolog yang tidak menemukan epilog."

~NKP, story about Rēygan

|Happy Reading|

Reygan menoleh pada Keysha kala perempuan itu duduk di sampingnya.

"Gimana, udah baikan?" tanyanya dengan satu alis yang terangkat.

Keysha mengangguk, tersenyum menunjukkan gigi putihnya yang rapi. Ia lalu mendekat pada Karin yang duduk sedikit jauh darinya.

"Rin, PR Bahasa Indonesia itu gimana maksudnya, sih?" tanya Keysha sambil membuka tasnya, dan mengeluarkan sebuah buku tulis juga buku paket Bahasa Indonesia.
Karin ikut mengambil buku miliknya. Setelah melihat PR Bahasa Indonesia itu, dahi Karin menyerngit bingung. Ia menoleh pada Keysha yang nampak menunggu jawaban darinya.

"Gue juga nggak ngerti, Key. Hehe"

Keysha memutar bola mata dengan malas. Menghela napas panjang sampai terkena Satelit.

Keysha terus mengamati tugasnya itu, menatap Karin sesekali. Ketika manik hitam mereka bertemu, keduanya terkekeh dan akhirnya tidak fokus mengerjakan tugas.

Suasana hening sejenak.

"Hai,"

Suara perempuan itu mampu membuat seluruh dari mereka menoleh ke arah sumber suara. Tidak semua, kecuali Raka, cowok itu ternyata sedari tadi sudah tertidur di atas sofa.

Vani. Ya, Vani. Entah apa maksud gadis itu sampai masuk dan ikut gabung bersama mereka.

"Sini, Van." Seru Deon tiba-tiba. Lantas Vani mengangguk dan ikut duduk di atas sofa. Dan lebih tepatnya di samping Reygan.

"Gila lo kok bisa di sini, Van?" Arbi berucap, namun ia tetap fokus bermain catur. Pertandingan dirinya dan Raka tadi tidak menghasilkan apapun. Keduanya tidak ada yang menang juga kalah. Mereka berhenti ditengah jalan. Dan untuk melanjutkannya, Arbi menyuruh Deon sebagai ganti Raka.

Vani tersenyum tipis. "Cuma lewat aja, sih. Gue denger ribut-ribut di apartemen Reygan, dan gue tau, itu suara cempreng lo, Bi." Vani terkekeh, lalu menoleh pada Reygan yang diam itu.

Reygan tetap diam walau ia tahu  saat ini Vani sedang menatap dirinya. Malas untuk memulai pembicaraan, Reygan memilih untuk mendekati Keysha. Cowok itu seolah ingin ikut belajar dengan adik kelasnya.

"Gimana, tugasnya udah selesai?"

Reygan tiba-tiba bergabung dengan Keysha dan Karin. Cowok itu menatap dua perempuan di depannya, bergantian.

Keysha menggeleng, mengerucutkan bibirnya, merajuk.

"Tumben, biasanya bisa," ucap Reygan lagi. Seolah cowok itu sibuk mencari topik, agar tidak ada keheningan diantara mereka.

"Itu biasa, sekarang mungkin memang lagi nggak bisa,"

Vani tersenyum sendu melihat interaksi Reygan dengan pacarnya itu. Nampak sekali bahwa cowok itu banyak berubah semenjak mereka putus dan mulai menjalin hubungan kembali dengan adik kelasnya itu.

Vani mengangguk entah kenapa. Ia tahu, Keysha pasti sangat banyak membawa pengaruh positif pada Reygan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa Keysha punya vibe positif dari segala hal.

RĒYGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang