32 | ALL HUMANS HAVE MASKS

344 20 3
                                    

hi,

(♡˙︶˙♡)

"Everyone has their own sadness."

"Setiap orang punya kesedihannya masing-masing."

~NKP, story about Rêygan

maka, jaga perbuatan dan lisan, ya
karena kita gak pernah tau, bagian mana aja yang buat (sebagian) orang itu terluka :')

kuharap, (sebagian) yang pernah terluka itu lekas sembuh

terimakasih, sudah bertahan <3

terimakasih, sudah bertahan <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


|Happy Reading|

Keysha menangis dalam diamnya. Mengingat kejadian dimana Reygan dipukul habis-habisan oleh Devan membuat dirinya merasa bersalah pada cowok itu. Dia menatap ke samping tanpa mempedulikan Devan yang sedari tadi menoleh padanya.

Mobil itu memelan ketika memasuki pekarangan rumahnya. Keysha mengusap pipinya yang basah, berusaha untuk mengatur napas. Ketika mobil itu berhenti, Keysha langsung keluar detik itu juga. Ia berjalan cepat agar Devan tak menghalangi jalannya.

Devan mengikuti gadis itu dari belakang. Ia juga menahan lengan Keysha agar tidak masuk terlebih dahulu.

"Sha, are you okay? Kenapa?"

Keysha memalingkan wajahnya lagi. Cairan bening jatuh kembali dari kelopak matanya. Dia mendongak pada Devan lalu menggeleng. Ia melepas tangan lelaki ini, akan tetapi Devan memaksa untuk tetap menahannya.

"Kenapa? Aku udah kasih pelajaran buat cowok itu,"

"The boy you hit earlier, that's my boyfriend!" sela Keysha dengan cepat.

Mulut Devan bungkam tak mengeluarkan kata-kata. Darahnya berdesir hebat. Matanya terlihat kebingungan. Ucapan Keysha barusan sangat tidak masuk di akal. That's my boyfriend. Devan menggeleng kuat, dia tertawa hambar. Tidak percaya dengan perkataan Keysha barusan.

"Are you sure?" Devan bertanya. Ia berusaha mencari kebohongan di mata Keysha. Seolah tidak terima, Devan menggeleng kembali hingga berakhir tertawa.

"Kamu nggak pernah mau pacaran, Sha. How come?"

"What did he give to get you?"

Kali ini Keysha yang menggeleng. Kepalanya mendongak menatap Devan tak percaya. Sementara Devan seolah menganggap ini semua hanya bercanda.

"Sha,"

"Itu dulu Devan. Kamu nggak bisa anggap aku selalu jadi anak kecil. Aku juga punya pilihan. Dia perlakuin aku dengan baik."

RĒYGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang