7. Don't Wan't to Cry

862 29 0
                                    

Sakit hati terberatku adalah saat mengetahui hal yang seharusnya tidak aku ketahui.

Aliana Faresta–

—Aliana Faresta–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ❤

Setelah Alia diijinkan pulang dari rumah sakit, wanita itu terlihat berbeda dari biasanya. Alia yang biasanya selalu tersenyum, bahagia, riang, gembira sudah tidak ada, hanya ada Alia yang dingin, pucat, dan pendiam. Wanita itu kehilangan banyak berat badannya. Semenjak pemakaman orang tua dan anaknya, Alia tidak pernah menunjukan senyuman manis dibibirnya. Selama satu minggu Alia berada di rumah, Reizan mengambil cuti untuk merawat istrinya, ia tidak peduli jika gajinya dipotong. Baginya kesehatan istrinya jauh lebih penting.

Pagi itu Reizan berjalan membawa sarapan serta obat menuju kamarnya. Saat masuk, Alia sudah terbangun dari tidurnya, wanita itu sedang duduk di atas ranjang dengan bersandar di sandaran ranjang dengan menatap kosong tirai yang masih belum terbuka.

"Pagi Sayang." sapa Reizan yang tidak mendapat balasan dari Alia.

Reizan mendekat dan meletakan nampan berisi sarapan di atas nakas. Pria itu kemudian berjalan ke arah tirai untuk membukanya hingga cahaya matahari langsung menyinari wajah Alia. Meski wajah itu penuh dengan bekas luka, Alia masih terlihat cantik. Reizan kembali kasur dan duduk diujung ranjang menatap istrinya.

"Sayang, makannya mau disuapin?" tawar Reizan. Alia menggeleng.

"Tapi janji makananya dihabisin, ya?" imbuh Reizan. Alia kembali tidak menanggapi. Sejak kecelakaan, wanita itu tidak menjaga pola makannya dan tidak pernah menghabiskan makanannya.

"Oh ya. Bunga Matahari yang kamu tanam sudah tumbuh cantik. Ayo keluar, lihat bunganya." ajak Reizan. Alia mengangguk.

"Tapi makan dulu." titah Reizan

Reizan lantas mengambil nampan berisi sarapan dan menyuapi Alia. Tidak lupa setelah makan Alia juga menelan obatnya. Reizan kemudian membopong tubuh Alia dan mendudukannya di kursi roda. Pria itu lantas mendorong kursi roda untuk keluar melihat taman yang dipenuhi dengan bunga bermekaran termasuk bunga matahari yang Alia tanam beberapa pekan yang lalu. Alia masih tidak tersenyum melihat bunganya.

"Bunga itu nyuruh kamu buat senyum, sayang. Aku rindu senyuman kamu." kata Reizan.

"Aku juga... " balas Alia lirih. Ia juga rindu saat dirinya tersenyum seperti dulu.

Ponsel Reizan tiba-tiba berdering pertanda panggilan masuk. Ia kemudian mengambil ponsel dari saku treningnya dan mendapati direktur Indra yang memanggilnya, ia menarik napas dalam-dalam sebelum ia menggeser icon hijau untuk membalasnya. Pria itu juga berjalan lebih jauh lagi agar istrinya tidak mendengar obrolan mereka.

"Selamat pagi pak Giedeon."

"Iya. Selamat pagi, pak. Ada yang bisa saya bantu?" balas Reizan.

ILEGAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang