Matahari merelakan keangkuhannya saat mendung, langit merelakan airnya untuk jatuh, dan bulan merelakan cahayanya padam saat siang. Haruskah aku merelakanmu? Tapi aku bukan matahari, langit ataupun bulan.
—Nezia Niatama—Di malam yang sama saat itu Geano sedang berlari menuju pintu masuk Rumah Sakit Mahjita. Ia segera menuju rumah sakit setelah mengetahui Mamanya hendak menemui wanita yang kerap dipanggil Alia. Dengan perasaan cemas, pria itu terus berlari menelusuri rumah sakit mencari keberadaan Lisia.
Kemarin malam Lisia dan suaminya pulang, mereka membawa beberapa lembar foto yang membuat keduanya marah saat melihatnya. Kedua orang itu tentu saja tidak bisa berpikiran positif dengan kelakuan anaknya saat ditinggal sendirian.
Langkah Geano seketika berhenti di salah satu koridor sepi ketika mendapati seorang pria yang sedang berdiri di depannya, dia Reizan yang berdiri di hadapan Geano seakan-akan sedang menghadangnya. Juga raut wajah Reizan yang dingin membuat Geano yang melihatnya menelan ludahnya gugup.
"Minggir, Rei. Aku harus cari Alia. Firasat aku gak enak karena Mamaku mau memuin dia." papar Geano begitu saja.
"Terus kenapa?" tanya Reizan dingin.
"Aku khawatir! Aku takut Mama aku lakuin hal buruk ke dia." balas Geano.
Mendengar ucapannya barusan berhasil membuat Reizan memiringkan senyumannya, terdengar suara kekehan pelan juga di sana.
"Khawatir? Takut? Ada hubungan apa kalian? Kamu tertarik dengan istri aku?" tanya Reizan penuh sarkastik.
Geano terdiam sejenak merenungi kalimat Reizan barusan. Ia langsung tau jika Reizan pasti sudah melihat fotonya bersama duplikatnya Alia bersama di dalam rumah.
"Ini gak seperti apa yang kamu pikirin, Rei!" sergah Geano.
"Gak seperti yang aku pikirkan? Memangnya apa yang kamu pikirin sampai berani meniduri istriku? Hidung belang, ya?"
"Aku hargai dia sebagai istri kamu! Aku gak bejat, dia minta tinggal di rumahku karena pintunya terkunci,"
"Kenapa harus kamu?" koreksi Reizan.
"Kak Selia gak ijinin dia tinggal bareng." jelas Geano.
Reizan lantas terkekeh seraya memegangi hidungnya. Meski penjelasan Geano tadi benar apa adanya, Reizan jelas sekali tidak mempercayai alasan tersebut.
Geano menjelaskan tentang kebenaran jika dia tidak melakuan apapun terhadap wanita itu. Dari raut wajah Reizan terlihat tidak mempercayai apa yang dikatakannya barusan. Reizan malah melangkahkahkan kakinya maju lebih dekat lagi dengan Geano. Saat tepat berada di hadapannya, Reizan langsung mencekik leher Geano sekuat mungkin.
Terjadi perkelahian antara Reizan dan Geano di koridor itu. Ketika Geano berhasil melepaskan cekikan itu, Reizan langsung melayangkan tinju pada pipi Geano hingga pria itu tersungkur di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
ActionNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...