Hidup seperti boneka yang dikendalikan dengan seutas tali samar
—Felix Joshpire—Pagi yang cerah seperti biasanya di kediamannya Sita, wanita berusia 27 tahun itu baru saja berpamitan dengan kedua orang tuanya untuk berangkat bekerja. Ia sudah rapi dengan balutan baju kantor dengan rok pendek di atas lutut. Angin mengibarkan rambut wanita cantik itu saat baru saja keluar dari pintunya. Ia berjalan kaki menuju halte untuk naik angkutan umum menuju tempat kerjanya. Sepanjang perjalanan ia tidak henti-hentinya tersenyum bahagia seperti orang yang habis menangkan lotre.
Dering dari ponselnya terdengar. Ia menghentikan langkah kakinya untuk mengambil ponsel dari tas cangking miliknya. Ia mendapati Faldi yang ternyata memanggilnya. Wanita itu lantas mendekatkan ponsel di telinganya setelah menggeser icon hijau.
"Gimana, Ta?" tanya Faldi setelah Sita mengatakan hallo.
"Berhasil dong. Aku udah dapetin bahan utama dari serum itu." balas Sita.
Beberapa hari yang lalu tim forensik mengabari Sita jika ia menemukan cairan kimia yang mengandung aconitine yang membuat fungsi jantung melemah hingga berhentinya detakan itu, korban biasanya akan melemas hingga akhirnya mati. Sangat sulit bagi dokter untuk menemukan kandungan tersebut lantaran pada dasarnya racun itu tidak mudah untuk dideteksi, itulah mengapa agen Amerta menggunakan senyawa tersebut sebagai campuran vaksin.
"Ternyata kamu bener kalo kematian ODGJ itu ada hubungannya sama penculikan yang marak akhir-akhir ini." imbuh Sita.
"Kan...kubilang juga apa! Aku itu sudah profesional memantau situasi yang berbau kriminal!"
"Iya deh, sepuh..." sindir Sita.
Dari sebrang, Faldi tertawa lantaran rencananya menjadikan Sita umpan dengan menyamar menjadi orang gila ternyata membuahkan hasil. Ia tidak menyangka jika wanita itu menuruti semua rencana gilanya.
"Dan pelakunya bersarang di rumah sakit. Mereka kaya jalani eksperimen rahasia, semua orang di sana ternyata ilmuan gila. Mereka jadiin manusia sebagai kelinci percobaan. Huh, untung aku berhasil kabur dari mereka. Ih, ngeri deh." curah Sita yang masih berbincang dengan Faldi.
"Oh ya? Apa nama rumah sakit itu?"
"Rumah Sakit Amerta." balas Sita.
Faldi yang mendengarnya lantas menyatukan kedua alisnya. Ia tidak pernah mendengar nama rumah sakit tersebut, dan namanya saja terdengar sangat asing. Amerta artinya Abadi, mengapa namanya seperti itu? Bagi Faldi begitu membingungkan.
"Ya sudah, kita bicarakan lagi ini nanti. Cepat ke firma, kutunggu." final Faldi.
"Iya."
Faldi kemudian mematikan sambungan teleponnya dengan Sita, begitu pun wanita itu yang juga memasukan kembali ponselnya di tas cangkingnya. Sita mempercepat langkah kakinya untuk sampai menuju Firma Hukum tempatnya bekerja. Namun belum saja ia sampai di halte, ia melihat sebuah mobil putih yang melaju ke arahnya. Wanita itu pun menepi agar tidak mengenainya, tapi mobil itu terlihat aneh di matanya. Kendaraan beroda empat itu melaju ke arahnya seperti kehilangan kendali hingga akbirnya menabrak Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
ActionNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...