Bangga sekali menjadi dirimu yang menghancurkan duniaku hanya untuk bersenang-senang.
—Nezia Niatama—Hari berikutnya di Rumah Sakit Amerta tepatnya di salah satu lorong bangunan, Reizan dan Laudy sen
dang berdiri secara berhadapan. Pria itu sedang meminta maaf karena kemarin Nezia melukai tangannya."It's ok. Cuma luka sedikit, nanti sembuh juga." balas Laudy memaafkan, meski kemarin ia sempat marah-marah.
"Terima kasih Laudy."
"Oh ya, malam ini kalian berangkat, 'kan?" tanya Laudy yang dibalas anggukan oleh Reizan. "Lebih baik pulang saja buat siapin barang-barang." imbuh Laudy.
Keduanya lantas memisahkan diri ke arah yang berbeda, begitu juga Reizan yang berjalan di koridor hendak pulang mengambil barang-barangnya sebelum berangkat. Namun belum saja pria itu melewati pintu keluar, ia mendapati Felix sedang berdiri di tengah lobi sambil tangannya melambai ke arahnya. Di sana pria itu sedang memegang sekotak kardus penuh berisi bunga aconitum berwarna ungu, bunga yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan aconitine. Pria berambut pirang itu kemudian mendekat dan berdiri di hadapan Reizan.
"Rei! Mau pulang, ya?" tanya Felix.
"Iya. Mau ambil barang-barang." balas Reizan.
"Aku ikut, ya?" pinta Felix.
Mulanya Reizan menatap pria di hadapannya dengan tatapan kosong lantaran bingung dengan alasan tiba-tiba ingin ikut pulang bersamanya. Namun akhirnya Reizan mengangguk mengizinkannya ikut.
Melihat seorang suster yang kebetulan melintas, Felix menyerahkan sekotak kardus bunga aconitum pada suster tadi. Tidak lupa ia juga melepaskan dan memberikan sarung tangan yang ditangannya sebagai alat keamanan. Meskipun belum diolah, bunga itu masih saja beracun, terlebih jika tidak sengaja menyentuh getah daunnya tanpa menggunakan sarung tangan, efeknya bisa fatal.
Felix menyarankan untuk menggunakan mobil miliknya sedangkan mobil Reizan ditinggal saja di rumah sakit. Mereka berdua duduk di kursi belakang sementara sopir pribadi Felix yang menyetir. Rumah sakit itu jaraknya lumayan jauh dari kediaman Reizan hingga 20 menit di perjalanan mereka belum juga tiba, bahkan langit jingga sudah berubah menjadi gelap.
"Kabar Nezia baik?" tanya Felix.
"Baik... Mungkin. Dia lagi hamil." balas Reizan yang saat itu sedang menatap I-padnya.
"Are you serious?!" pekik Felix, entah mengapa pria itu tersenyum seperti senang mendengar kabar itu. "Apa Nezia dan Alia itu sama?" lanjut Felix, dan Reizan membalasnya hanya dengan dua gelengan kepala.
"Kenapa tidak tinggalkan saja dia? Dari pada terus menyakitinya." usul Felix
"Emangnya gampang? Mengubah wajah itu mahal. Aku gak mau rugi." balas Reizan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
ActionNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...