Suara ketukan langkah kaki terdengar di koridor sepi. Lantai yang terbuat dari marmer cokelat serta dinding yang terbuat dari kaca berkilau, ruangan yang terlihat mewah bagai istana kerajaan. Seorang pria berambut pirang dengan freakless di wajahnya tengah berjalan sangat angkuh seraya memasukan kedua tangan di saku celananya, sesekali ia menyiris rambutnya ke belakang dengan jarinya memberi perasaan gagah bagi dirinya sendiri.
Sudah lama perasaannya tentram lantaran tidak ada lagi oknum yang mengganggu dalam melakukan pekerjaannya. Tempat barunya yang sekarang sangat aman hingga mereka lebih leluasa menjalankan segala praktik dan eksperimennya.
Dering ponsel membuatnya menghentikan langkah kakinya sejenak. Ia pun langsung mengangkat panggilan tersebut dan kembali berjalan.
"Selamat sore Pak Joshpire. Saya hanya ingin memberi kabar jika pria itu sudah meninggal diesekusi kemarin." ucap seorang pria dari sebrang.
"Good, thanks for information." balas Felix dengan suara boritonnya.
Felix kemudian memutuskan sambungan teleponnya setelah disetujui oleh penelpon tadi. Langkahnya kemudian berhenti di sebuah pintu besar bercatkan cokelat yang dipadukan dengan warna gold dengan dua orang penjaga di depannya. Mereka lantas membukakan pintu membiarkan Felix memasuki ruangan tersebut. Pandangannya langsung mendapati seorang pria berambut hitam legam yang sedang duduk di sofa seraya meminum wine, juga seorang wanita berambut blonde yang dari tadi memeluk tubuhnya dengan senyuman lebar, keduanya terlihat mesra.
"Reizan, we should do meeting. Wanna go?" sapa Felix.
"Sure." angguknya. Ia lantas menoleh pada wanita di sebelahnya yang masih memeluk mesra. "Can I leave you, baby?" tanyanya pada wanita berambut blonde. Ia juga lantas melepaskan rangkulan di bahu wanitanya.
"Yeah. See you tonight." balas wanita itu mengangguk. Satu kecupan pun ia daratkan pada pipi pria di sampingnya.
Reizan, pria tampan dengan rambut hitam legam mengangguki ajakan sahabatnya itu. Ia memberikan gelas berisi wine tadi pada kekasihnya. Membenarkan tatanan dasi, kemudian berjalan menuju Felix. Kedua pria itu pun berjalan beriringan keluar dari ruangan. Koridor sepi membuat suara ketukan sepatu dari pantofel terdengar menggema.
"Why don't you go, first?" tanya Reizan.
"I'm never leaving you alone, friend!" balas Felix.
***
Setiap manusia akan berubah, dimana dan dengan siapa mereka beradaptasi.
—Reizan Giedeon—
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
AçãoNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...