Semakin aku mencoba melupakanmu, kenyataannya malah semakin menyakitkan.
—Reizan Giedeon—
Di dalam ruangan yang penuh dengan cairan berasap suasana di sana begitu ricuh, tidak sebenarnya di dalam laboratorium itu Reizan sedang memarahi seorang dokter residen yang salah memasukan senyawa kimia pada sebuah larutan. Dokter residen yang dihadapannya hanya bisa menunduk lantaran ketegasan Reizan dalam membimbing."... Surfaktan yang kamu masukan terlalu sedikit, tambahkan dosisnya agar tidak menggumpal! Dan kenapa tidak pake air steril! Astaga, kenapa orang bodoh seperti kamu bisa lulus kedokteran!!" sentak Reizan diakhir ocehannya.
Pria itu mendesah kesal, ia kemudian menunjuk dokter lainnya untuk membereskan kekacauan yang dibuat rekannya itu. Dokter di sana pun menurut mengikuti apa yang dikatakan Reizan barusan. Sementara mereka membereskan, pria itu lantas keluar dari labolatoriumnya. Ia masuk ke ruang kerjanya, di sana jam sudah menunjukan pukul 4 sore, dan sebentar lagi waktunya untuk pulang. Ia lantas menganti snelinya dengan jaket miliknya sebelum keluar ruangan untuk pulang.
Saat jam menujukan tepat setengah 5 sore, Reizan baru saja tiba di depan halaman rumahnya. Saat ia memasuki rumahnya, ia melihat lantai rumah yang berdebu, kaca yang kotor, hingga beberapa barang yang tidak tertata rapi. Di tempat kerjanya ia tadi sudah lelah karena seharian marah-marah, dan pulang melihat keadaan rumahnya yang kotor membuatnya lebih stres dua kali lipat.
"Alia!!" panggil Reizan sedikit keras agar wanita yang aslinya bersama Nezia mendengarnya.
Satu kali hingga tiga kali dipanggil tidak ada balasan, wanita itu menyahut 'IYA' saat Reizan memanggil ke empat kalinya. Nezia akhirnya keluar dari pintu kamarnya, saat berjalan menuruni tangga langkahnya terlihat tertatih-tatih seraya terus memegangi reling.
"Kenapa rumah kotor banget? Lihat semuanya, gak tersusun rapi." timpal Reizan begitu Nezia ada dihadapannya.
Nezia tau jika rumahnya berantakan. "A-aku minta maaf, badan aku seharian gak enak." balasnya.
"Harusnya bilang, aku bisa pulang buat periksa kamu." balas Reizan.
Wah, sisi lain dari Reizan yang perhatian akhirnya keluar. Itulah yang selalu Nezia inginkan dari seorang Reizan Giedeon.
"Duduk sana. Aku ambil peralatan dulu." titah Reizan, meski masih terdengar dingin.
Nezia mengangguk, ia menurut mengikuti apa yang dikatakan Reizan tadi. Sementara Reizan mengambil peralatan kedokterannya, wanita itu tidak henti-hentinya menahan rasa sipunya lantaran senang. Kapan lagi bisa diperiksa pria tampan yang dianggapnya sebagai suami.
Dering telepon terdengar, saat Nezia menoleh ke arah Reizan, pria itu sedang berdiri sambil mendekatkan gawaynya pada telinga.
"Laboratorium saya kebakar?!.... Oke, saya ke sana sekarang." seru Reizan terlihat panik. Ia lantas perlahan menurunkan ponselnya perlahan untuk mematikan sambungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
ActionNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...