8. Goodbye My Wife

926 29 0
                                    

Apa yang lebih menyakitkan daripada mengucapkan selamat tinggal?

—Reizan Giedeon—


Keesokan harinya, hari dimana Reizan harus meninggalkan istrinya di rumah selama 2 minggu sementara dirinya harus bertugas di Jawa Timur. Sejujurnya pria itu begitu berat harus meninggalkannya, apalagi sejak Selia mengatakan kebenaran pada Alia kemarin, kondisi Alia kian memburuk. Reizan sudah meminta bantuan seorang perawat untuk menemani Alia begitu dia pergi.

Reizan terlihat tampan dengan setelan kemeja putih serta celana panjang berwarna hitam, pria itu akan segera berangkat. Reizan mengambil tas besar berisi pakaian yang ada di atas kasur sebelum keluar dari kamarnya. Setelah keluar, ia mendapati Alia yang sedang membaca majalah di kursi rodanya. Pria itu pun mendekat untuk meminta izin dari istrinya.

"Sayang, aku berangkat, ya." kata Reizan yang berjongkok di depan istrinya.

"Nanti kasih kabar, ya." pesan Alia.

Reizan mengangguk sembari mengusap rambut Alia. "Iya, pasti aku kabarin. Nanti ada suster yang akan merawat kamu selama aku pergi nanti. Kamu jangan nakal, ya." imbuh Reizan.

Alia mengangguk memberi tanggapan. Reizan lantas mendekatkan wajahnya untuk menciumi seluruh wajah istrinya yang tidak akan bertemu lagi selama dua minggu ke depan. Setelah puas mencumbui istrinya, pria itu lantas pergi meninggalkan rumah.

Dari kursi rodanya, senyuman Alia kembali memudar setelah Reizan lenyap dari pengelihatannya. Belum lima menit pria itu pergi, Alia sudah merindukan suaminya. Memilikinya adalah anugerah terindah baginya, dia masih beruntung memiliki sosok penyayang seperti Reizan.

***

Dua pekan itu terasa sangat lamban dari biasanya, waktu seakan tidak berjalan. Reizan kira selama ia bertugas di luar kota, ia akan sering saling teleponan dengan Alia. Namun selama hampir dua minggu, ia tidak mendapat satu panggilan pun dari Alia di ponselnya. Ia hanya bisa menelefon Gita—suster yang merawat Alia— untuk menyakan kabar istrinya, dan Gita selalu menjawab jika Alia baik-baik saja. Namun Alia selalu menolak jika Reizan hendak mengajak berbincang melalui ponsel Gita. Perasaan buruk terus berkelana dipikirannya, ia bingung mengapa Alia tidak mau diajak berbincang dengannya?. Reizan ingin cepat-cepat pulang menemui Alia, hanya saja ia tidak diperolehkan pulang sebelum tugasnya selesai.

Disisi lain, Alia terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Tulang dipunggung tangannya semakin terlihat, juga mata panda terlihat jelas di bawah matanya. Setiap Gita menyuapinya makanan, wanita itu selalu menolaknya. Jujur saja jika Gita pun lelah merawat Alia yang keras kepala. Maksudnya selama menjaganya, Gita selalu dibentak, diteriaki, bahkan pernah suatu hari Alia melemparkan gelas kaca pada Gita. Suster berusia 20 tahun itu berpikir jika kejiwaan Alia mulai terganggu. Terlalu berlarut-larut dalam kesedihan memang tidak baik bagi fisik dan mental.

Sore itu Gita masih berusaha membujuk Alia untuk makan. Namun tetap saja Alia masih tidak mau membuka mulutnya.

"Dari kemarin Nyonya belum makan. Nanti Pak Reizan marah kalo tau Nyonya belum makan." bujuk Gita.

Alia masih terdiam dengan tatapan kosongnya. Tanggapan Alia membuat Gita menghela napas, ia kemudian mengambil ponsel yang ada di atas meja hendak menghubungi Reizan jika istrinya tidak mau makan, ataupun tertidur.

"Saya bilang ke Pak Reizan aja, ya?" kata Gita yang terdengar seperti ancaman bagi Alia.

Dengan segera Alia mengambil ponsel Gita untuk mencegah wanita itu menghubungi suaminya. Bahkan saat Reizan bertanya tentang kabarnya melalui Gita, Alia selalu menyuruh Gita untuk mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, padahal ia sedang tidak baik-baik saja.

ILEGAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang