Bunga yang aku rawat berkembang sangat indah, namun akhirnya layu. Kelopaknya saja yang layu, namun durinya tidak.
Tapi ini bukan tentang bunga.-Reizan Giedeon-

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasanya, Reizan yang jarang pulang sudah sering pulang tepat waktu, jika ada waktu pun ia selalu menyempatkan diri untuk makan bersama Nezia, sifatnya yang semakin dingin pun perlahan mencair, hanya menunggu waktu saja membuat Reizan menjadi hangat seperti dulu.Pagi itu adalah hari minggu dan Reizan seharian berada di rumahnya. Nezia dibuat senang lantaran tidak biasanya pria itu ada di rumah sakalipun itu adalah tanggal merah.
Di belakang rumah, Reizan yang memakai setelan kaos oblong dengan tangan yang memegang celurit sedang sibuk membabat rumput-rumput yang sudah memanjang. Ia juga menebas beberapa semak atau pepohonan yang dirasa kurang rapi, termasuk tanaman bonsai kesayangannya. Setelah tiga jam berkutik di kebun dan hampir masuk ke dalam rumah, ia melihat tanaman kering di sudut tamannya. Saat mendekat ternyata tamanan kering itu adalah Bunga Matahari milik mendiang istrinya yang sudah layu. Sejak Nezia bangun dari komanya, Reizan menjadi jarang mengurusi tanaman itu, ia pikir Nezia yang akan mengurusnya sama seperti Alia merawatnya dulu.
"Mereka 'kan berbeda." kekeh Reizan.
Pria itu lantas mencabut tanaman yang sudah kering itu hingga akar-akarnya. Ia lantas menumpuk bunga layu itu pada dedaunan kering lainnya untuk dibakar bersamanya. Bagaimana pun ia harus bisa melupakan Alia agar ia bisa tenang di alam sana bersama anaknya sendiri.
Ah! Itu mengingatkan Reizan untuk mendatangi makam istrinya. Ia rindu lagi.
Kebunnya sudah bersih dari rumput-rumput yang panjang juga benalu dan parasit. Merasa lelah karena dari subuh ada di sana, pria itu akhirnya masuk ke dalam untuk mengistirahatkan dirinya sejenak. Di sofa panjang ia meluruskan kakinya seraya menonton televisi dengan posisi rebahan.
Beberapa menit berlalu, suara ketukan langkah kaki terdengar menggema. Ternyata itu adalah suara sepatu dari heels yang dipakai Nezia, wanita itu berjalan bak seorang model. Ia berhenti di depan Reizan dengan kedua tangan berada di pinggang. Pakaian yang digunakan Nezia begitu glamor, dengan memakai dress merah dengan syal berbulu yang melingkar di lehernya, kaca mata hitam, sarung tangan jaring, serta baret di kepalanya. Juga sepatu dengan hak yang begitu tinggi.
"Gimana? Udah mirip Alia yang biasanya, 'kan?" tanya Nezia.
Reizan dibuat tercengung melihat Nezia yang berpenampilan seperti itu. Biasanya wanita itu selalu berpakaian yang terlalu simple, tiba-tiba ia mengikuti gaya fasyen Alia.
"Kamu mau kemana?" tanya Reizan.
"Enggak kemana-mana. Aku cuma mau biasain diri jadi Alia." balasnya
"Alia kalo di rumah pake daster. Dia pake itu kalo ke pesta aja." balas Reizan.
Nezia dibuat mengeluh dengan jawaban Reizan, padahal di foto-foto Alia, dia sering sekali memakai pakaian glamor seperti itu, mungkin kah wanita itu memang suka pergi ke pesta-pesta?
Nezia lantas berbalik meninggalkan tempat tadi. Demi apapun itu, Reizan merasa aneh melihat Nezia berpenampilan seperti itu. Dulu ia memang suka dan terbiasa melihat Alia dengan penampilan tadi. Sepertinya dari sudut pandang Reizan, kedua wanita itu memang berbeda. Bagaimana pun juga Nezia benar-benar menempati janjinya untuk bisa menjadi Alia yang lebih baik lagi.
***
Hari sudah menunjukan pukul 4 sore dan langit di ufuk barat sudah menunjukan sirat-sirat jingganya. Warnanya sama seperti Sun Flower yang sedang dipegang Reizan, ia baru saja keluar dari toko bunga membeli beberapa tangkai Bunga Matahari lantaran niatnya tadi pagi untuk berziarah ke makam sang istri. Biasanya bunga yang didapat selalu dipetik dari kebunnya, hanya saja pagi tadi Reizan baru saja menebang bunga kesukaan Alia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILEGAL ✔
Hành độngNama pria itu Reizan Giedeon (34), seorang dokter yang bekerja keras demi mendapatkan kariernya. Sejak istrinya meninggal bersama anak yang sedang dikandungnya, ia menjadi terpuruk hingga kehilangan jati dirinya. Keserakahan dan dendam mengubahnya m...