49. Killing Me

707 8 0
                                    

Akhir untuk awal? Atau akhir untuk bahagia?
Geano Alegvaro

Akhir untuk awal? Atau akhir untuk bahagia? —Geano Alegvaro—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"... Organisasi sindikat jaringan ilegal telah diamankan satgas untuk diproses lebih lanjut. Pelaku R-G yang merupakan pemimpin dari organisasi itu masih dalam sidang karena menurut pemeriksaan dirinya mengalami gangguan jiwa. Beberapa pelaku lain diantaranya masih dinyatakan ODP, badan intelejen dunia masih terus—"

Nezia yang sedang fokus menonton CNN sore pun berkerut alisnya saat televisi dimatikan secara tiba-tiba. Wanita itu lantas menoleh ke belakang dan mendapati Geano sedang duduk di kursi roda dengan tangan memegang remot. Tatapan Geano terlihat tidak suka mendengar berita tersebut.

"Kenapa dimatiin? Aku pengin tau kelanjutannya." sungut Nezia.

"Buat apa? Kamu sudah tau hasilnya nanti. Lagian, yang ditanyangkan itu palsu! Semuanya rekayasa media saja. Masa kasusnya dijelasin berulang-ulang?" gerundel Geano yang sudah muak dengan berita sindikat ilegal.

Dari awal dia bangun dari koma sampai sekarang media tidak pernah selesai untuk membahasnya. Apalagi saat mereka mengatakan jika inisial R-G atau Reizan Giedeon adalah pemimpinnya, padahal yang mempelopori berdirinya Rumah Sakit Amerta adalah Allen yang sudah menghilang bagai ditelan bumi. Ini sebagai pembelajaran jika teman tidak selalunya baik, Reizan terkena semua imbas dari kejahatan mereka.

Ia juga sedikit mencurigai pengadilan lantaran mereka belum juga ditetapkan hukumannya, sedangkan Yandra saja saat ditanyai selalu menghindar darinya. Meski sudah muak, Geano tidak bisa menghindari kasus itu lantaran dirinya salah satu korbannya, begitu pun Nezia.

"Pasti nepotisme!" Geano masih bergerundel.

"Yaudah aku gak nonton lagi. Siniin remotnya!" Nezia meninggikan nada bicaranya.

"Gak!" tangkis Geano.

"Ih! Aku mau nonton acara komedi aja!" Nezia masih mencari alasan agar Geano memberikan remotnya.

Geano yang keras kepala mengangkat remot itu ke atas saat Nezia berusaha meraihnya. Bahkan ia juga mengayunkan tangannya ke segala arah agar wanita itu tidak dapat meraihnya. Geano kemudian meraih tangan Nezia dan menariknya hingga ia mendaratkan pantatnya di paha Geano. Hal itu pun membuat Nezia reflek melingkarkan kedua tanganya di leher Geano dengan manik yang saling menatap begitu dekat. Sesaat setelahnya, Geano menempelkan jari telunjuknya pada bibir Nezia seraya berdesis pelan.

"Jangan berisik, kamu mau Hasya bangun?" bisik Geano, mengingat anak itu saat sulit ditenangkan saat menangis.

"Kamu yang mulai." bidas Nezia.

Nezia sedikit menolehkan pandangannya ke ruang tengah dimana Hasya atau anaknya sedang tidur lelap di sebuah ayunan putih yang terbuat dari kayu.

Geano kemudian menyibakan helaian rambut Nezia ke belakang telinganya dan menatap pahatan wajah Alia itu dengan dekat. Meski dulu ia pernah sangat marah pada Reizan yang sudah merubahnya, dari wajah, ingatan, bahkan perasaannya, namun bagaimanapun ia akan tetap menerima takdir yang ditetapkan. Asalkan Nezia kembali dan mengingatnya, itu sudah lebih dari cukup. Wajah itu memang masih milik Alia, namun Geano akan tetap melihatnya sebagai Nezia.

ILEGAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang