35. Afraid Again

213 4 0
                                    

Kamu pantas untuk bahagia
—Reizan Geideon—

Masih di malam yang sama, Reizan baru saja meninggalkan rumahnya setelah mendapat panggilan dari Felix yang katanya baru saja mendarat di tanah air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di malam yang sama, Reizan baru saja meninggalkan rumahnya setelah mendapat panggilan dari Felix yang katanya baru saja mendarat di tanah air. Pria itu sedang dalam perjalanan menuju rumah Felix. Beberapa menit setelah perjalanan, Reizan akhirnya memarkiran mobilnya di depan rumah Felix.

Baru saja Felix membuka pintu setelah Reizan mengetuknya tadi. Pria berambut pirang itu memegarkan senyumannya senang melihat Reizan memenuhi undangannya.

"Reizan!!" riang Felix yang kemudian memeluk Reizan. Begitu pun Reizan yang menepuk punggung Felix sebagai balasan pelukannya.

Felix kemudian mengajak Reizan masuk ke dalam rumahnya. Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, juga beberapa pelayan yang berdatangan menyuguhi makanan di atas meja sebagai jamuan. Macam-macam obrolan random pun diutarakan sebagai sandingan, obrolan yang kebanyakan membahas tentang pekerjaannya. Felix bilang kemungkinan Allen tidak akan kembali di Indonesia dan akan menetap di Gianyle. Allen juga menyerahkan beberapa tugasnya pada Felix dan Reizan untuk mengurus Rumah Sakit Amerta, ia meminta mereka untuk segera mengosongkan rumah sakit itu sebelum nanti dirobohkan.

"... Dia minta bulan ini harus selesai." imbuh Felix setelah bercerita.

Reizan menanggapinya dengan anggukan.

"What wrong with your face?" tanya Felix melihat wajah Reizan terlihat suram.

"Gak ada, cuma... Aku mikirin Nezia tadi. He-he." seringai Reizan.

"Oh, you have loved to her?" tanya Felix sedikit menyindir.

Reizan menggelengkan kepalanya pelan sebanyak dua kali. Ia lantas mengambil buah anggur yang ada di atas meja dan memakannya sambil bersandar di sofa. Terlihat seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.

"Alia hamil setelah empat tahun kami menikah. Tapi kenapa Nezia..." dengung Reizan, ia kembali menegakkan tubuhnya menatap tajam Felix. "Bisa jelaskan?" imbuh Reizan.

Sebelum menjawab pertanyaan tadi, Felix mengambil batang rokok dari bungkusnya dan menyalakannya saat rokoknya berada di mulutnya.

"Jangan tanya, i'm not obgyn." balas Felix. Ia lantas menyemburkan asap rokoknya di udara. "mungkin ini yang dibilang orang-orang. Yang hamil diluar nikah bakal cepet jadinya dari pada yang sudah menikah." papar Felix.

"Maksudnya?" tanya Reizan.

"Kamu 'kan nikahin Alia, bukan Nezia. Jadi Nezia itu hamil diluar nikah." balas Felix.

"Jadi, aku harus nikah lagi?" ujar Reizan.

"Kalo gak mau, biarin aku yang nikahin dia." seloroh Felix.

"Fuck!" umpat Reizan, sedangkan Felix hanya berseringai.

Reizan seketika termenung memikirkan perasaanya sendiri, sekaligus mengingat janjinya pada Alia untuk tidak akan menikah lagi. Haruskah ia mengingkarinya? Tapi ia sudah terlanjur menanam benih dalam rahim Nezia. Ucapan Felix saat tempo hari ternyata ada benarnya jika pernikahan itu hanya aturan, pernikahan bukan soal bahagia saja.

ILEGAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang