26. Umbrella

236 8 0
                                    

Meski aku tidak bisa menghindari tetesan hujan yang mengalir di dekat mataku, aku masih tidak bisa berbohong bagaimana aku merindukan sosok itu.
Nezia Niatama

Cahaya di tempat itu begitu silau di mata, pria kelahiran 8 februari itu perlahan membuka matanya dan mengedipkannya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cahaya di tempat itu begitu silau di mata, pria kelahiran 8 februari itu perlahan membuka matanya dan mengedipkannya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia melihat di depannya ada sebuah air terjun yang sangat indah, juga kakinya yang terendam oleh air jernih. Pandangannya kemudian menatap ke depan, ia melihat seorang wanita yang memakai baju putih dengan mahkota yang terbuat dari rangkaian bunga aster. Di depannya juga ada seorang anak kecil yang berjalan tertatih sambil tertawa menuju ke arah wanita tersebut.

"Ayo, Sayang! Kamu pasti bisa, cepet peluk Bunda, nak." ujar wanita itu.

Pria yang dari tadi menatap wanita itu adalah Reizan sedang menganga dengan membendung air pada netranya.

"A-alia... " lirihnya. Ia mengusap matanya guna memastikan jika di depannya memang benar-benar Alia. "ALIA!!" pekik Reizan sekali lagi memanggilnya.

Yang dipanggil pun menoleh. Cahaya putih langsung menyorot wajah cantik alaminya. Senyuman Alia merekah menatap pria yang memanggilnya tadi.

"Reizan?!" riang Alia.

Reizan lantas berlari secepat mungkin mendekati wanita itu. Ia kemudian langsung mendekap tubuhnya sambil menangis tersedu-sedu pada tengkuk leher Alia. Reizan merasakan pelukan itu nyata, rindunya yang terobati nyata, Alia pun nyata di depannya. Setelah puas menangis sambil memeluknya, ia lantas menatap Alia dengan mata berairnya.

"Ayo kita pulang, sayang. Aku rindu kamu!" kata Reizan.

"Tapi... Aku udah pulang." balasnya yang membuat alis Reizan berkerut bingung. "Kamu lupa? Aku 'kan sudah meninggal. Kamu yang menemukan aku." imbuh Alia dengan senyuman getir.

Reizan menggeleng. "Enggak, Alia. Kamu masih hidup. Kemarin kamu buatin aku sarapan, kita tidur bareng, kita satu rumah. Ingat?" tangkis Reizan.

"Kapan kamu sadar jika Dia bukan Aku?" sarkas Alia.

"A-aku menyesal... Aku minta maaf... Aku gak tau harus apa tanpa kamu... Dunia aku berubah sejak kamu pergi... " racau Reizan seraya terisak pilu.

Melihat Reizan menunduk dengan banjir air mata membuat Alia tersenyum sendu, tangannya lalu terangkat ke atas seraya mengusap lembut rambut suaminya.

"Seandainya aku bisa menangis lagi, tapi aku sudah bahagia di sini. Aku besarin Iren tanpa kamu, aku juga udah bisa jalan lagi. Dan yang paling penting, aku udah gak nyusahin kamu lagi." kata Alia.

"Kamu gak pernah nyusahin aku, Alia! Berhenti bilang kaya gitu, dan kembalilah!" 

"Kamu tau, kenapa aku suka bunga matahari?" Alia bertanya lagi untuk yang kedua kalinya. "Kadang kita gak semestinya memiliki apa yang kita suka. Seperti aku yang menyukai bunga matahari." imbuh Alia.

ILEGAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang