prolog

791 36 4
                                    

Mikaella Sanjula, seorang gadis manis, imut, dan ceria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mikaella Sanjula, seorang gadis manis, imut, dan ceria. Tingginya hanya 155 cm, kulitnya kuning langsat, dan rambutnya tergerai lurus tanpa poni di keningnya. Senyumnya bersinar secerah matahari di kala pagi. Namun sayangnya, ia tak memiliki banyak teman. Bukannya Mika tak mudah bergaul, hanya saja ia menghindari berbagai faktor yang bisa saja membuat hidupnya menjadi ribet. Seperti terlibat dalam hukuman, lalai dalam belajar, dan pergaulan yang mungkin terlalu bebas di luar sana.

Gadis remaja 17 tahun ini termasuk ke dalam bagian pengagum salah satu pangeran yang ada di SMA Garwana. Lelaki pemilik garis wajah yang menawan dan memesona itu bernama Arki Faresqi Batara, sering dipanggil Arki. Cowok pemilik iris mata hitam legam dengan alis yang tebal itu banyak dikagumi oleh para siswi. Akan tetapi mereka hanya mengaguminya dari jauh, seolah-olah ada sekat melingkar dan mematikan yang menghalangi Arki. Jadi tak mudah untuk orang lain mendekatinya.

Mika adalah anak biasa saja di sekolah, tidak nakal, tidak juga terlalu rajin. Mika adalah kalangan siswa tengah-tengah, yang disebut culun atau populer pun tidak. Jika ditanya apakah Mika terkenal di sekolah? Maka jawabannya adalah tidak. Mika bahkan bukan anak kesayangan guru, bukan pula anak yang dikejar-kejar guru karena bermasalah.

Berbeda dengan Arki, selain terkenal di kalangan siswa-siswi karena pesonanya, si cowok tampan paripurna ini memiliki banyak catatan hitam di ruang BK. Cowok pemilik tubuh jangkung dengan bahu tegak simetris itu adalah siswa yang sering dikejar oleh para guru karena kenakalannya. Si biang onar ini ahli dalam melanggar tata tertib.

Meski begitu, Arki tak pernah ketinggalan untuk memahami pelajaran. Ketampanannya begitu selaras dengan isi kepalanya yang cerdas. Hanya saja ia terlalu banyak malasnya, dan belajar bila ada keinginan saja. Selebihnya, ia tidur di kelas. Jika saja Arki bukan cucu ketua komite sekolah, mungkin saja ia ditangguhkan untuk naik ke kelas 11. Seperti itu Arki yang sebenarnya. Jauh berbeda dengan yang terlihat.

"ARKIIIII!!! NGAPAIN KAMU KURUNG KUCING DI RUANGAN SAYAAA?!"

Seorang guru dengan tubuh bantet dan hijab yang melilit di lehernya, berlari pendek mengejar seorang siswa yang pagi ini sudah membuat keributan sehingga menimbulkan kemarahan yang meradang. Ya, siswa itu adalah Arki yang menjadi topik kita barusan.

Baru saja sekolah kembali mengawali pembelajaran semester ganjil dengan kata lain mengawali sekolah di semester pertama setelah kenaikan kelas tiga minggu yang lalu. Yang artinya sekarang Arki sudah menduduki bangku kelas 11, tapi sifatnya masih belum berubah, dan terus berulah.

"Maaf, Bu! Kasian kucingnya gak punya tempat tinggal, dia kedinginan, di ruangan itu 'kan anget tuh, saya aja gerah, Bu!" Arki menyahut dengan lantang, dilanjut kekehan yang begitu renyah.

"KAMU SENGAJA BIKIN SAYA NAIK DARAH PAGI-PAGI, 'KAN?!"

Bagaimana tidak kesal? Bu Rusla, selaku guru BK yang takut sekali dengan kucing, dibuat hancur mood-nya pagi-pagi oleh anak didik bandel yang satunya itu. Padahal hari ini adalah hari pertama memulai pekerjaan, ada saja hambatan kedamaian untuk hidup di dunia yang fana ini.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang