"Taraaaaa!"
Mika berseru ketika mengeluarkan sebuah kotak burukuran 10 cm³. Binar terang di wajahnya itu bagai virus yang dengan cepat menular keceriaan pada siapapun yang ada di dekatnya.
Sore ini, mereka menikmati semburat langit orange di dermaga yang sering kali mereka datangi akhir-akhir ini. Mereka datang hanya untuk melepas penat pikiran. Seketika tenang ketika mereka tertawa lepas di bawah senja dengan ditemani deburan ombak tipis, karena di tempat itu laut memang terlihat tenang.
"Apa tuh?" tanya Arki penasaran. Matanya melirik dengan antusias.
Mika membuka kotak itu. Lalu, memperlihatkan isinya pada Arki. "Ini buat kamu. Kaktus."
Arki manggut-manggut. Kemudian ia mengaluarkan tumbuhan yang Mika sebutkan itu dengan hati-hati agar tak terkena durinya. Akhirnya Arki mewadahi bunga kaktus itu dalam kedua tangannya. Vasnya berukuran sekepalan tangan, sesuai dengan ukuran bunga kaktus itu.
"Woahh! Mind blowing banget ya kamu sampe ngasih aku kaktus?" ujar Arki.
Mika mengangguk tanpa menghilangkan lukisan indah di bibirnya. "Kaktus itu berduri, dia gak mudah untuk disentuh oleh siapapun termasuk pemiliknya."
"Lalu?" Arki mengangkat sebelah alisnya, menanti kalimat lanjutan dari Mika.
Disaat tubuhnya sudah bersila menghadap Arki, Mika hanya perlu menoleh ke samping untuk melihat matahari yang sedikit lagi dilahap ujung laut. "Terdengar aneh dan gak nyambung kalo aku kasih kaktus ini untuk kamu. Tapi, aku cuma berharap hubungan kita berduri kayak kaktus ini sampai gak ada yang bisa ganggu atau sentuh, siapapun itu."
Bibir Arki melengkung ke bawah dan manggut paham mendengar tutur kata Mika. "Kalo gitu aku simpan ini sebagai lambang hubungan kita."
"Hmmftt- lambang?" Mika menahan tawanya agar tak terlalu lepas. "Dikira pancasila ada lambangnya."
Arki berdecak, receh juga pacarnya itu. "Ini cuma satu?" ia melanjutkan percakapan.
"Iya. Aku beli cuma satu, buat kamu aja."
"Aku kira kamu juga punya."
"Enggak. Aku cuma beli satu." Mika tiba-tiba menengadahkan telapak tangannya di hadapan Arki. "Aku mau minta hadiah dari kamu."
"Oohhh, pamrih?" canda Arki sambil terkekeh renyah.
Mika memberengut sebal. "Kita kemarin udah sepakat mau tukeran kado. Masa cuma aku yang kasih hadiah?"
"Haha, iya-iya. Tenang aja, aku juga bawa hadiah kok." Arki meletakan tanaman beduri itu pada tempatnya lagi dan menaruhnya di tengah-tengah mereka.
Arki sudah mengulum senyumnya ketika melihat jari tangan Mika sudah bergerak-gerak lucu, menanti hadiah darinya. Bukannya cepat mengeluarkan hadiahnya, Arki malah menaruh dagunya di tangan Mika dengan wajah diimut-imutkan. "Hadiahnya ini aja, Arki Faresqi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...