46. 🌵Diterjang Ingatan Yang Tak Pasti🌵

65 14 5
                                    

"Arki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arki ...."

Arki menghampiri orang yang memanggilnya. Aneh sekali, kenapa orang itu terus membelakanginya, padahal jelas-jelas ia memanggil nama Arki. Arki hanya bisa melihat punggung ringkih dengan rambut tergerai dalam suasana yang aram temaram ini. Arki bahkan tak tahu persis dimana dirinya berada sekarang.

"Arki ...."

Suara itu terdengar dari arah lain, menggema di ruang kosong yang tak Arki temukan ujungnya. Hanya satu objek yang dapat Arki lihat, yaitu perempuan yang memunggunginya tadi. Begitu sulit untuknya mendekat, padahal kakinya terus melangkah agar bisa sampai di dekat perempuan tersebut.

Sekian lama Arki melangkah, akhirnya ia bisa mendekati perempuan itu. Tangan Arki terangkat untuk menyentuh bahunya. Namun, perempuan itu hanya menoleh 90 derajat, sehingga Arki tak bisa melihat dengan jelas wajahnya. Seperkian detik, perempuan itu malah menjauhinya. Setelah menciptakan jarak beberapa meter, perempuan itu berbalik badan.

"Mika ...?"

Arki menggumamkan satu nama yang hanya ia ketahui bahwa perempuan itu tetangganya. Keningnya berkerut heran dengan wujud perempuan itu. Berdarah. Di wajahnya banyak sekali luka lebam dan goresan kecil hingga menimbulkan tetesan darah, serta pakaiannya ternodai dengan darah pula.

Apa yang terjadi dengan perempuan itu?

Arki harus berpikir begitu keras dengan apa yang dilihatnya. Arki hendak mendekatinya, tapi gelengan kepala yang Mika perlihatkan membuat langkahnya tertahan.

"Gue rusak, Arki ... Gue hancur."

Entah apa yang penyebab Mika seperti ini, yang jelas rintihan itu membuat hati Arki tersayat mendengarnya. Di saat seperti ini, tenggorokannya begitu berat untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Arki seolah pernah mendengarnya, tapi dimana? Ia sama sekali tak mengingat hal itu. Arki memegang kepalanya yang terasa sakit dan berdenging. Potongan-potongan ingatan yang tak jelas berdatangan di kepalanya. Tak tahu persis kapan dan dimana terjadinya. Dan semua itu tentang Mika.

"Akhhh!"

Kakinya sontak berlutut lantaran tak bisa menahan kesakitan itu. Sesekali, Arki melihat kearah Mika yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Meskipun wajah itu memburam di penglihatannya, Arki masih dapat melihat mata yang berkaca-kaca dan menetes di pipi perempuan itu.

Bersamaan dengan rasa sakitnya yang mereda, Arki dikejutkan oleh sesuatu yang menarik tubuh Mika untuk tenggelam dalam gelapnya hitam kemelut. Sontak Arki beranjak dengan langkahnya yang tiba-tiba berat, hendak mengejar Mika, tapi sosok itu menghilang dengan teriakannya.

"MIKAAAA?!"

Arki tersadar dari mimpi oleh teriakannya sendiri. Ia bangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah dan peluh keringat membasahi tengkuk dan dahi. Arki mengusap wajahnya dengan kasar. Ketakutkan itu terasa begitu nyata. Mika yang terus menerus datang ke dalam mimpinya akhir-akhir ini membuat Arki yakin bahwa perempuan itu terlibat jauh dengan hidupnya.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang