"Oke. Jadi, kelompok kita itu Arki, Haris, Mika, Rasya, dan Willa." Willa berucap di bangkunya, di antara orang-orang yang disebutkan.
"Siapa yang mau jadi ketua kelompoknya?" tanya Willa sambil melihat setiap wajah yang terlihat malas itu.
Apalagi Rasya, ia tidak terima berada di kelompok itu tanpa ada teman-temannya. Namun, di sisi lain Rasya senang berada dalam kelompok yang sama dengan Arki. Setiap kelompok telah ditentukan oleh guru Sejarah.
"Lo aja, Will. Gak ada orang-orang yang bisa dipercaya selain lo di kelompok kita," ujar Haris tanpa ragu. Ia sebagai ketua kelas yang kebetulan berada di kelompok itu lebih percaya pada Willa.
"Oke kalo gitu. Gue aja yang jadi ketuanya." Willa memutuskannya setelah menghela napas pelan, tak bisa dipercaya ia satu kelompok dengan Rasya dan Arki. Bukannya Willa menganggap mereka uneffort, tapi mereka itu susah untuk diatur, dan tak mau diatur.
"Kebetulan setelah pulang sekolah gue free. Gimana kalo kita kerjain tugasnya hari ini?" saran Willa, lagi-lagi ia yang angkat bicara. Sedikit kena mental ketika di hadapkan dengan wajah Arki yang datar dan wajah Rasya yang agak ketus.
"Gue setuju, Wil." Mika ikut bersuara.
"Gue juga setuju," cetus Haris.
Willa manggut-manggut dan melirik Arki serta Rasya secara bergantian. "Kalian ... Gimana?"
"Gue gak bisa, pulang sekolah ada urusan," tolak Arki.
"Gue juga, gue nanti sibuk." Rasya ikut-ikutan kontra.
"Mmm... Oke deh kalo gitu. Gue aja yang kerjain tugasnya, soalnya gue gak punya hari lain buat kerja kelompok bareng kalian," putus Willa.
"Gue bantuin, Will. Dimana kita ngerjain tugasnya?" tanya Mika antusias. Sudah lama sekali ia tidak mengerjakan tugas kelompok, terlebih lagi itu bareng Willa si paling sibuk, jadinya langka.
Sebelum Willa menjawab, Haris mendahuluinya, untuk sesaat ia memperhatikan Mika. "Gue juga mau bantuin, Will. Kita nugasnya dimana?"
"Di rumah gue aja. Abis pulang sekolah langsung kesana ya," jawab Willa.
Sedangkan Arki menekan giginya hingga rahangnya sedikit keras saat melihat gelagat Haris yang tak biasa terhadap Mika.
"Gue juga ikut!" sela Arki tiba-tiba.
Willa menatap bingung cowok itu. Ia pun melirik Mika dengan tanya di wajahnya sebelum akhirnya menoleh lagi pada Arki. "Bukannya lo ada urusan?"
Arki melirik Mika terang-terangan sambil menjawab pertanyaan Willa. "Gue cancel."
"O-oh, oke." Willa mengerutkan keningnya sembari melihat Arki dan Mika yang saling pandang.
"Gue juga ikut. Gue bakalan batalin kesibukan gue," ujar Rasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...