Sepulang sekolah, Arki tak langsung membawa Mika pulang ke rumah. Cowok itu malah mampir ke taman, dimana ada lapangan basket. Setelah sampai di tempat itu, Arki kelepaskan hoodie-nya dan menyuruh Mika duduk.
"Gue mau main dulu bentar, lo tonton gue dari sini ya? Ini eksklusif cuma buat lo aja," ujar Arki.
"Iyalah cuma buat gue, orang disini cuma ada gue," sungut Mika, yang melihat ke sekeliling. Hanya ada mereka karena hari sudah masuk petang.
Selagi Arki bermain di tengah lapang, Mika duduk sambil mengeluarkan buku gambarnya. Arki yang memainkan bola sesekali melihat kearah Mika dengan kedipan sebelah mata. Mungkin setelah hamster, sebagian hidup Arki ada di bola basket itu.
Mau sesemrawut apa wajahnya, ketika bermain basket wajahnya selalu tampak bersemangat. Mika seringkali melihat perubahan wajah Arki, jadi Mika kini tahu jelas Arki memasang ekspresi apa di setiap situasi.
Mika sempat terpesona saat Arki yang sudah lumayan berkeringat itu menyugar rambut yang menghalangi sebagian dahinya. Ah, Mika sangat beruntung memiliki pacar setampan itu. Banyak sekali yang bersaing untuk mendapatkan Arki yang sulit digapai, tapi malah Mika yang mendapatkannya, padahal Mika tak melakukan upaya apapun.
Dalam buku gambarnya penuh dengan sosok yang berkesan di hidup Mika. Mika memutuskan untuk memasukan Arki ke dalam daftar kesannya. Mika merekam wajah Arki dalam buku gambarnya, yang paling berciri khas adalah garis lengkung di bibir tipisnya.
Tangan Mika cukup lihai membuat sketsa wajah Arki. Mika hanya menggambar sampai setengah badan. Terlihat Arki tengah memegang bola sambil menoleh dengan senyuman manis, persis seperti yang tadi Mika lihat.
Setelah selesai, Mika mengangkat buku gambarnya. Mensejajarkan layar kertas itu dengan sosok Arki dalam pandangannya. Lalu, Mika ikut mengukir senyumnya, merasa bangga bisa melukis wajah tampan itu di sana.
Arki melemparkan bolanya ke sembarang arah. Ia telah menyelesaikan permainannya dan membuat hatinya terasa puas. Padahal sebelumnya, Arki latihan dulu di sekolah, tapi ia merasa tak cukup. Melihat Arki berjalan menghampirinya, Mika buru-buru memasukan buku gambar ke dalam tas.
"Minta minum!" Arki menengadahkan tangannya saat duduk di samping Mika.
Karena botol minum di tasnya masih terisi, akhirnya Mika mengeluarkan benda itu. Sebelum diberikan kepada Arki, Mika membuka botol minum, dan membersihkannya dengan tisu.
Kening Arki mengerut heran. "Lo ngapain?"
"Kotor, bekas gue," jawab Mika.
Arki langsung merebutnya. "Gue gak jijik."
"Tapi itu bekas gue."
"Minum!" Arki menyodorkan botol minum itu lagi pada Mika. Sedangkan Mika menggeleng dan merapatkan bibirnya.
"Minum dikit, buruan."
"Engga. Lo aja yang minum, lo yang haus, 'kan?"
"Minum sendiri atau minum dengan cara lain?" ancam Arki dengan tatapan yang membuat Mika ngeri. "Ayo, minum dikit aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Ficção AdolescenteGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...