6 : tertolak

121 25 2
                                    

Mika memarkirkan sepedanya di tempat biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mika memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Disusul oleh Arki yang memarkirkan motornya di samping sepeda Mika. Mika yang tak mau berurusan dengan Arki di pagi yang cerah ini lantas masuk lebih dulu ke lobi sekolah.

Namun, belum sempat Mika melangkah banyak, tiba-tiba saja tasnya ditarik paksa oleh Arki. Untung saja tasnya itu kuat dan tak mudah putus. Mika kaget dan hampir terjengkang ke belakang. Mungkin pantatnya sudah tersungkur jika saja ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri.

"Heh! Comel!" panggil Arki seenaknya.

"Apaan sih lo? Gak sopan banget main tarik-tarik tas orang lain!" Mika kesal dan protes.

"Gue peringatkan untuk terakhir kalinya ya! Jangan terlalu dekat sama nyokap gue, ngerti?" Arki menegurnya dengan jari telunjuk yang lurus menunjuk wajah Mika.

"Suka-suka gue!" Mika meleletkan lidahnya. Kemudian, berlalu meninggalkan Arki yang menggeram marah sambil mengepalkan tangannya.

Arki hendak mengejar Mika, tapi langkahnya tertahan oleh Nevan yang tiba-tiba merangkulnya. "Kenapa masih pagi lo udah berapi-api gitu?"

Arki mengembuskan napas kasar. Ia menunjuk dengan gemas kearah Mika yang berjalan santai menuju kelasnya. "Kasih gue ide buat jailin tuh cewek!"

"Tumben? Biasanya lo gak kehabisan ide buat ngerjain orang." Nevan geleng-geleng sendiri melihat tingkah Arki yang masamnya tak biasa.

"Kasih gue ide atau lo berenti jadi temen gue!" ancam Arki seenak udel sebelum menepis tangan Nevan dari bahunya dan pergi begitu saja.

Nevan menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan memasang ekspresi tak habis pikirnya. Sampai-sampai Nevan keseringan geleng-geleng kepala berteman dengan Arki. "Ini nih yang namanya temen toxic. Bocah gendeng emang!"

Nevan mengerutkan keningnya, makin heran ketika Arki balik lagi ke tempatnya berdiri. "Ngapain lo balik lagi?"

"Lo punya oli, 'kan? Mana sini kasih ke gue."

"Gak ada."

"Ada! Gue liat kemarin ada di bagasi motor lu!" Arki langsung manarik kerah baju Nevan dengan emosi. "Kasih ke gue gak olinya?" ancamnya lagi.

"Anjing ya gue punya temen gini amat!" dumel Nevan. Menghadapi emosi Arki seringkali membuat Nevan hampir senewen. Lihat saja, pada teman sendiri saja Arki sampai begitu, tidak ada adab memang. Hebatnya, Nevan masih berteman dengan Arki sampai sekarang, bahkan dari SMP.

"Cepetan kasih ke gue!"

"Iye! Iyeeee! Lepasin dulu, kocak!"

Arki melepaskan cengkramannya, membiarkan Nevan mengambil oli dari bagasi motornya. Kemudian, Nevan melemparkannya pada Arki dengan asal.

"Jangan temenan sama gue lagi ya, goblok!" Nevan berlalu dengan kesal meninggalkan Arki.

Arki tak menghiraukan perkataan temannya itu, karena Nevan hanyalah Nevan, teman yang setia menemaninya melebihi Titit. Kocak jika pertemanan mereka terputus hanya gara-gara Arki minta oli. Tapi kalo mintanya seperti mau gorok orang sih kemungkinan iya Nevan mengakhiri pertemanan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang