Mika tidak merasakan keleluasaan di setiap pergerakannya. Ketika ia tengah memberi makan hamster, dan berceloteh dengan hewan tersebut, Arki terus memperhatikannya dari sofa tempatnya duduk. Berkali-kali Mika menoleh, dan Arki seakan tak memilik hal lain untuk di pandang selain Mika.
Mika bukannya apa-apa, hanya saja ia merasa ngeri jika Arki terus seperti itu. Dari sepulang sekolah Arki tak mengatakan apapun selain meliriknya dengan mata yang sulit ditebak. Mika lantas mengangkat pandangannya ke arah lain, memikirkan kesalahan apa yang ia perbuat hingga Arki berlaku demikian.
Tapi Mika yakin, tidak ada kesalahan apapun yang ia lakukan. Karena penasaran, Mika lantas berbalik menghadap Arki sepenuhnya. "Gue ada salah ya?"
Arki menggelengkan kepala dengan pandangan lurus dan tanpa ekspresi. Punggungnya bersandar serta kedua tangan yang berlipat di dada. Matanya masih terus tertuju pada Mika.
"Lo bisa gak sih gak usah terus liatin gue? Ada banyak objek disini yang bisa lo liat, jangan liat gue!" Mika menggerakkan tangannya untuk mempertegas Arki.
"Gak bisa." Arki menggelengkan kepala lagi.
Mika membuang napas dengan kasar lewat hidungnya. Menegur Arki adalah hal yang tidak berguna. Arki itu definisi cowok yang tidak mau diganggu gugat, apapun yang ia katakan itu bersifat mutlak dan tidak bisa diubah jika bukan dirinya sendiri yang mengubah.
Kali ini Mika berusaha untuk terlihat bodo amat. Mika akan menganggap Arki tidak ada disana. Ia akan melawan salah tingkahnya sendiri karena terus diperhatikan.
Di depan akuarium kura-kura, Mika menunduk, tangannya terulur untuk membenarkan kura-kura yang kesulitan bergerak di dalam sana. Tak jarang Mika tersenyum geli karena gemas melihat hewan kecil itu.
"Hallo, Ninja! Kenapa ci kamu malah ngumpet teyus, ayo makan!" ucap Mika dengan nada imut pada salah satu kura-kura yang bernama Ninja.
Karena dirasa rambut yang tergerai itu mengganggu pergerakannya, lantas Mika mengambil ikat rambut untuk mengingat rambutnya. Setelah itu, Mika kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sedangkan di tempatnya, Arki langsung memalingkam wajahnya saat melihat leher jenjang Mika yang putih bersih itu. Sangat terlihat jelas, hingga membuat Arki harus menahan napasnya untuk sesaat.
Arki beranjak dari duduknya. Tanpa melihat kearah Mika, ia menghampiri cewek itu dan melepas ikatan rambutnya sampai Mika berjengit kaget. Mika sudah memberenggut tajam saat tahu itu perbuatan Arki.
"Lo apaan sih?" protesnya.
"Rambut lo jangan diiket!" tegur Arki sambil mengantongi ikat rambut hitam Mika.
"Kok lo ngatur sih? Rambut juga rambut gue."
"Itu peraturan lain yang harus lo patuhi di tempat ini!"
"Tapi gue gak bisa kalo gak iket rambut, ribet tauu!" kukuh Mika.
Arki mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Mika dengan gemas. "Lo mau lawan gue? Gue disini Bos lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Ficção AdolescenteGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...