Leyla biasanya tak pernah mengkhawatirkan anak-anaknya yang belum pulang ke rumah. Namun, malam ini Leyla tiba-tiba merasa khawatir pada Arki. Padahal terbilang biasa ketika pukul delapan malam Arki belum pulang.
Rasa resah dan gusar mengiri pandangannya yang sering kali tertuju kearah jam dinding. Leyla membawa langkahnya ke dapur, hanya sekedar mengobati keresahannya yang seringkali goyah karena rasa cemas. Ada apa ini? Kenapa perasaannya tidak enak?
"Bunda."
Suara Arka yang memanggil, membuat Leyla menoleh ke belakang. "Iya, Arka? Ada apa?"
Raut wajah Arka terlihat tegang. Mulutnya ragu-ragu untuk berucap, tapi akan sangat tega jika Arka tak mengatakannya sekarang. "Arki ...."
"Arki kenapa?" Leyla masih santai dengan kedua alis terangkat, menunggu kalimat lanjutan anak sulungnya itu.
"Barusan Ayah telepon. Arki masuk rumah sakit. Dia kecelakaan, Bun."
Kalimat yang Arka sampaikan sukses membuat satu gelas berisi air putih di tangan Leyla lepas begitu saja sampai jatuh dan pecah di lantai. "Kamu bilang apa? Kecelakaan?" tanyanya tak percaya.
"Gapapa, Bun. Tenang aja. Jangan dulu panik. Kita belum tahu jelas keadaan Arki sekarang." Arka langsung menghampiri Bundanya yang melemas dengan jantung yang sempat jatuh dari tempatnya. Jika saja Arka tak menahan tubuhnya, mungkin Leyla sudah ambruk di lantai.
"Justru itu. Kita gak tahu keadaan Arki sekarang. Arki ...." Leyla tak bisa melanjutkan perkataannya lagi, karena napasnya sudah terputus-putus dengan wajah pucat.
"Bunda! Arki baik-baik aja. Bunda harus yakin." Arka mencoba untuk menyadarkan Leyla. Kemudian, ia memanggil-manggil asisten di rumah itu untuk meminta bantuan.
"Ayo! Bawa Bunda ke rumah sakit sekarang!" Meskipun kakinya lemas dan nyaris tak bisa bergerak karena terkejut mendengar kabar itu, Leyla memaksakan diri untuk berjalan.
🌵🌵🌵
Dalam tegangnya suasana, Mika berdiri kaku di ruang IGD. Tubuhnya meremang dan detak jantungnya bergemuruh tak tenang ketika melihat Arki tengah di tangani oleh satu dokter dan beberapa perawat dengan cekatan. Darah yang menguar ke blankar hingga sampai ke lantai, membuat hatinya semakin tak karuan. Rasa cemas, panik dan takut bercampur aduk dalam hatinya yang terasa getir.
Hatinya terus melapalkan doa kian banyaknya demi raga yang tak sadarkan diri itu. Berharap ada keajaiban pada setiap detik yang menegangkan. Mika mengangkat tangannya yang gemetar. Pandangannya memburam karena air mata tak berhenti memenuhi pelupuknya.
Tangan Arki yang dingin sempat menggenggam tangan itu. Bahkan teringat jelas Arki sempat sadar dan memanggil namanya satu kali ketika mereka berada di ambulan tadi. " ... Mika." Bahkan suara itu terdengar lagi lewat ilusinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...