52

249 28 14
                                    

Setelah melihat keluarga Jisoo berkumpul di satu ruangan dengan keluarganya, Chaeyoung berdiri dan berjalan di menuju keluar dengan pandangan kosong dan langkah yang lemah.

Ia duduk bersandar pada tembok yang dingin, kepalanya menengadah menahan air matanya agar tidak terjatuh namun akhirnya menetes bebas melalui sisi wajahnya. Debaran di jantungnya begitu menggebu. Memikirkan perkataan perkataan yang meracuni otaknya dan mencuri warasnya.

Kepalan tangannya memukuli dada nya yang sesak. Sangat sesak mengingat kejadian ini terjadi sangat cepat dan Ia lengah. Chaeyoung menyalahkan dirinya. Tangisan tanpa suara itu membuat dada nya semakin sesak dan sakit.

Tiba tiba, langkah seorang wanita yang berhenti tepat dihadapannya mampu membuatnya berhenti memukuli dadanya yang sesak. Ketika yang Ia lihat itu Jisoo.....

Kepala Chaeyoung tertunduk, Jisoo berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan kekasihnya. Memeluk kepala kekasihnya dan menepuk nepuk punggungnya. Beberapa menit kegiatan itu berlangsung, awalnya Chaeyoung tidak merespon pelukan wanita di hadapannya.

Namun, ketika Chaeyoung memejamkan matanya ketika usapan hangat tangan Jisoo menenangkan dirinya,  kilasan wajah ayahnya muncul dan tersenyum padanya. "Jagalah wanitaku, adikmu, kakekmu dan wanitamu.. Ingatlah, wanitamu sedang mengandung dan itu cucuku. Ia bahkan sangat menyayangimu. Aku baik baik saja. Aku akan bahagia sekarang nak." begitulah ucapan Jin Hyuk yang terlintas.

"Ayah?" batin Chaeyoung

Mimpi sekilas Chaeyoung itu seperti nyata rasanya, bahkan memejamkan mata beberapa saat saja Ayahnya sudah menitipkan orang orang tersayang padanya.

Setelah benar benar membuka matanya, Ia memandang ke depan dengan pandangan kosong.

Dengan tangan sedikit bergetar dan ragu ragu, akhirnya Ia membalas pelukan Jisoo dan menenggelamkan wajahnya di leher wanitanya. Chaeyoung menangis sejadi jadinya. Ia melepaskan semua kesedihan yang Ia rasa pada wanita yang kini Ia peluk dengan erat.

"Menangislah.... lepaskan semua kesedihanmu, ayahmu orang yang baik sayang... Aku yakin Ia akan bahagia disana. Raganya memang sudah tidak bersama kita lagi, tapi Jiwanya selalu ada dalam hati kita bahkan sangat dekat. Aku menyayangi ayahmu seperti ayahku sendiri. Tidak apa apa sedih hari ini, tapi berjanjilah kau bahagia di masa depan. Kau juga akan menjadi seorang ayah sayang..." ucap Jisoo


Chaeyoung yang mendengar kekasihnya berbicara seperti itu pun melepas pelukannya dan menatap dalam bola mata Jisoo. mencondongkan wajahnya semakin dekat dengan Jisoo dan Ia mencium bibir Jisoo. Mendiamkannya lama tanpa lumatan dan hisapan. Hanya menempel saja, setelah itu Ia lepas ciumannya.

"Maaf, untuk sementara ini, aku tidak ingin melihatmu" ucap Chaeyoung lembut dan mengusap perut Jisoo lalu perlahan berdiri meninggalkan Jisoo dengan beribu pertanyaan.

DEGH

Ucapan Chaeyoung pada Jisoo bagaikan puluhan anak panah menusuk tepat di jantungnya. Kaget sudah pasti.


Air mata Jisoo menetes ketika mencerna setiap kata yang keluar dari mulut kekasihnya. "Chaeng, Chaeyoungie.. Sayang... Kamu mau kemana? Kenapa ga mau lihat aku? Aku salah apa?" tanya Jisoo pelan dengan air mata yang menetes deras di pipinya. Chaeyoung melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kearahnya. Chaeyoung meninggalkannya dalam keadaan menangis dan kebingungan.

Langkah kaki Chaeyoung membawanya pergi  menjauh dan semakin jauh dari Rumah Duka. Wajahnya yang lusuh, baju yang berantakan, bahkan kaki tanpa alas pun Ia tidak peduli.

Ia masuk ke area taman dan mencari tempat duduk lalu membaringkan badannya yang lelah, wajah menghadap ke arah langit yang luas, sebenarnya Ia benar benar tidak ingin menjauhi kekasihnya. Namun untuk sementara ini, memulihkan rasa sakit dan menghapus kata kata yang mempengaruhi pikirannya itu terlalu berat untuknya.

My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang