Bab 12

770 49 1
                                    

Hidup itu harus tetap berjalan. Sekeras apapun batu yang berserakan di jalan , kamu harus tetap melangkah maju

Hari ini aku akan memulai sebuah perjalanan, menata dan mengemas segala kenangan yang ada. Lalu, memasukkan ke dalam koper. Doakan supaya aku selamat sampai tujuan.

Senyuman ini bukan lagi milikku!!
Dari awal aku sudah tidak bisa memilih, bahkan untuk menentukan hidup saja Aku sudah tidak bisa.

***

Tangan itu perlahan bergerak, tubuh yang sudah beberapa bulan tertidur kini bergerak perlahan.

Sara yang sedang melamun pun seketika mengerjap.

"Ayah." Apa dia tidak salah, kalau Ayahnya kini mengusap kepalanya.

"Sara." ucapnya lirih.

"Sebentar Yah, Aku panggil Dokter dulu."

"Jan..gan! A..yah pen..gen bica..ra sa..ma kamu." ucapnya terputus-putus dengan nafas yang terengah-engah.

Sara mengurungkan niatnya, dia kembali duduk di samping sang Ayah.

"Sa.. yang.. ja.. ga Ibu.. ka.. mu.. yaa."

"Ayah bicara apasih, kita kan pasti jaga Ibu bersama-sama."

"Lebih baik Ayah istirahat dulu, Aku mau panggil dokter dulu." Sara beranjak dari duduknya, sebenarnya dia tak ingin mendengar ucapan Ayahnya yang mungkin akan membuat menangis.

Dia ingin Ayahnya tetap ada, apapun yang terjadi.

Ibrahim pun di periksa oleh dokter, setelah itu sang Dokter kembali menemui Sara.

"Bagaimana Dok? apa Ayah saya sudah membaik?"

Dokter pun menghela nafas, dia menepuk bahu Sara.

"Temui Ayahmu, mungkin ada yang ingin dia sampaikan. Ikhlaskan jika dia ingin pergi."

Tubuh Sara kaku, kenapa dokter juga malah berkata seperti itu.

"Ayah." lirihnya sambil berjalan menghampiri tempat tidur sang Ayah.

"Sa.. yang."

Sara menghapus air matanya, dia harus kuat, iya dia harus kuat.

"Saya.. ng.. Ay.. ah lihat ka.. mu. pake.. ga.. un.. ca.. ntikkk."

"Iya Ayah, Aku akan memakai gaun cantik, Aku akan menikah."

"Maaf, Ayaa. h.. ti.. dakk bisa.. da.. tang."

Nafas Ibrahim semakin tercekat, Sara langsung memeluk Ayahnya.

"Sara Ikhlas Ayah, kalau Ayah mau pergi. Sara akan jaga Ibu." bisiknya terisak.

Ibrahim pun membaca kalimat la Ilaha illallah dengan suara terbata.

Air mata Sara turun begitu saja dengan deras..

***

Leon dan keluarganya datang menghadiri acara pemakanan Ayah Sara.

Wajah Sara hanya diam tanpa ekspresi, bahkan tidak air mata mengiring kepergian Ayahnya.

Inilah caranya melepas sang Ayah, dia sudah ikhlas.

"Sara." Leon merangkul Sara. Tentu saja semua tindakan itu tidak luput dari jepretan kamera wartawan.

Sara melirik Leon dari balik kacamata hitamnya, dia juga melirik ke arah wartawan yang begitu banyak, meskipun tidak masuk ke pemakaman tapi Sara yakin kalau wartawan itu ingin tahu banyak tentang Leon.

Tapi bisakah Leon tidak mengundang wartawan sebanyak ini, sekarang dia sedang berduka.

Apa dia harus kembali berakting?

Married with Mr.Gay (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang