Bab 7

712 48 2
                                    

"Apa kamu gila?" kekeh Sara

"Hahaha bagaimana bisa saya hidup dengan laki-laki Gay sepertimu."

"Oh astaga laki-laki gay ingin memiliki istri." ejek Sara.

Leon langsung memutar tubuhnya, dia melangkah lebar menghampiri Sara lalu mencengkram rahang Sara dengan kuat.

"Dimana kamu tau kalau Saya gay?" Tanyanya penuh penekanan bahkan rahangnya mengeras menahan emosi.

"Apa yang kau lakukan gila." Sara memberontak namun cengkraman Leon sangat kuat membuat Sara kesakitan.

"JAWAB!!"

"Aku tidak sengaja melihatmu sedang bercinta dengan kekasih priamu itu." Leon melepaskan cengkramannya dengan kasar membuat Sara mengusap rahangnya yang sakit.

"Baiklah jika kamu sudah tau, Saya tidak perlu buang-buang waktu lagi menjelaskannya."

"Saya akan membayar kamu double dan biaya orang tua kamu tetap saya tanggung. Kamu tidak perlu khawatir jika orang tuamu bertanya dimana kamu bisa membayar biaya rumah sakit jika mereka sadar nanti."

"Pikirkan baik-baik karena kesempatan ini tidak datang dua kali." Ucap Leon merapihkan jasnya lalu pergi meninggalkan Sara begitu saja.

Sara diam dalam keheningan kamar yang gelap, benar apa yang orang itu ucapkan.

Tapi apa bisa dia berumah tangga dengan laki-laki itu.

Meskipun Sara sudah hancur, dia berharap memiliki rumah tangga yang indah dimasa depan.

Bukan menjadi topeng untuk menjadi penyamar penyimpangan seks suaminya nanti.

Sara menyenderkan tubuhnya, menatap kegelapan kamar yang menemani malamnya.

Ting..

Sara melirik hpnya..

Dengan malas dia melihat notif yang tertera pada hpnya.

Sara menautkan alisnya saat melihat notif yang memperlihatkan nominal uang yang masuk kedalam atmnya.

Siapakah orang gila yang mengirimnya uang malam ini.

"Apa masih kurang?"

"Saya akan mengirimnya lagi jika masih kurang, kamu bisa pikirkan baik-baik. Jika setuju temui saya di apartemen biasa kamu melihat saya besok malam."

Isi pesan terakhir yang Sara dapat, tentu Sara tau siapa orang itu.

Sara beranjak dari duduknya lalu merapihkan pakaian, dia keluar dari kamar itu.

Setidaknya dia bisa tidur nyenyak malam ini tanpa melayani tamu.

***

Gordan menatap tajam Leon yang sedang bekerja tanpa menghiraukan kehadirannya.

Seakan Gordan adalah makhluk tak kasat mata di depan Leon.

Memang kurang ajar anaknya ini, kalau bukan anaknya sudah dia lempar ke afrika.

"Mau kopi Tuan." Tawar Mike tapi selalu di tolak Gordan dengan cara mengibaskan tangannya.

Mike menggaruk tengkuknya bingung, dia jadi ikut berdiri mendampingi Tuan-tuannya itu.

"Mike, apa bos mu itu tidak melihat jika ada tamu." sindirnya lewat Mike.

"Maaf Tuan besar, Tuan sedang sibuk." Sahutnya.

"Ck! kau memang asistennya." kesal Gordan karena Mike malah membela Leon.

"Tentu saja Tuan besar."

"Buatkan aku Amerika coffe."

Married with Mr.Gay (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang